Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Idu Geni

18 Januari 2019   07:08 Diperbarui: 18 Januari 2019   07:15 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Putri Anjani tersenyum melihat kelakuan pemuda konyol di depannya ini.

"Sudahlah Arya...jangan banyak basa basi...sekarang pikirkan bagaimana kita bisa sampai daratan dengan perahu aneh sebesar anak gunung ini."

Arya Dahana balas tersenyum.  Dia memperhatikan sekeliling.  Kayu ini luar biasa besar.  Leluasa bagi mereka untuk menumpang di atasnya.  Namun juga akan sangat sulit mengendalikannya di tengah lautan bergelombang besar seperti ini.  

Mungkin bisa jika mereka berdua sudah pulih dan dalam kondisi sehat sepenuhnya.  Paling penting bagi mereka sekarang adalah memulihkan diri dari luka dalam yang diderita.

"Putri...kita tidak bisa apa apa saat ini.  Lebih baik kita pergunakan waktu sebaik mungkin untuk memulihkan diri.  Setelah itu kita bisa coba bawa kayu ini ke pinggir menuju daratan."

Putri Anjani mengangguk angguk.  Gadis ini segera saja duduk bersamadi.  Memusatkan segala perhatian untuk menyembuhkan luka pukulan Raja Iblis Nusakambangan yang terasa sakit sekali di pundaknya.

Arya Dahana juga melakukan hal yang sama.  Pemuda ini duduk bersila dan mengalirkan hawa murni di dalam tubuh ke dadanya yang terkena pukulan telak Lembu Sakethi Dewi Mulia Ratri.  Dadanya terasa sangat sakit sekali.  

Pukulan Dewi Mulia Ratri sangat hebat.  Hanya satu hal yang sama sekali tidak bisa dimengerti oleh pemuda ini adalah kenapa gadis yang dicintainya itu tega menjatuhkan tangan besi kepadanya.

Dia memang tidak pernah mengucapkan kata cinta kepada gadis sunda itu.  Tapi apakah gadis itu tidak sadar bagaimana cara dia memandang? Bagaimana cara dia memperhatikan?  Bagaimana cara dia memperlakukan?  Gadis itu, entah bodoh atau sombong, atau mungkin dua duanya.  

Arya Dahana terhanyut dalam pikiran itu dengan penuh pertanyaan dan geram keheranan.

Tanpa terasa, semalaman penuh sepasang muda mudi ini hanyut dalam samadi dan pikiran masing masing.  Arya Dahana jauh lebih cepat proses penyembuhan lukanya karena mempunyai tenaga dalam ajaib yang merupakan percampuran hawa panas, dingin serta hawa sihir akibat teluh Ratu Laut Selatan dahulu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun