Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi│Lelaki dan Kucing Abu-abu

12 September 2018   10:31 Diperbarui: 12 September 2018   10:41 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: IDN Times

Lelaki itu berdiri membelakangi matahari. Bayangannya terlepas dari tubuh kenangan yang mengikatnya. Terhadap seekor kucing abu-abu yang menyeringai. Menampakkan beberapa memori cantik masa silam. Ketika dia tenggelam dalam kehangatan tatapan. Seorang perempuan yang melemparkan kerlingan suam-suam.

Lelaki itu berlalu. Berusaha keras melepaskan tusukan tajam masa lalu. Namun kucing itu ternyata telah menempati ruang khusus di benaknya. Seluas aula. Selebar anak samudera.

Lelaki itu meraih beberapa butir hujan. Niatnya membasuh kenangan yang terus menerus bertetesan. Agar tak mengering. Dia membutuhkannya untuk menjaga hatinya tetap hening. Perempuan dan kucing itu bukanlah sekedar kenangan. Namun lebih pada kenyataan yang terlupakan.

Lelaki itu menuliskan syair tentang purnama. Ada sebuah hikayat yang mengatakan, kucing adalah peliharaan rembulan. Meringkuk dengan tenang. Menunggu tuan puterinya datang. Bersama lelaki yang cintanya nyaris matang dijerang rasa kehilangan.

Air Molek, 12 September 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun