------
Raja berdiri tertatih dari ranjangnya. Â Tubuhnya kelelahan. Â Seperti habis melakukan sebuah pengembaraan yang tak tuntas. Â Pemuda ini berjalan terhuyung-huyung menuju dapur. Â Meminum segelas besar air dingin lalu duduk di kursi makan sembari mengusap keringat yang membanjiri lehernya.
Mimpi tadi benar-benar menguras tenaga. Â Kepalanya agak pusing. Â Pemuda ini masih teringat betul bagaimana cara gadis cantik itu menatapnya tadi dalam mimpi. Â Permintaan tolong yang tidak disertai kata. Â Hanya tersalurkan lewat tatapan mata.
Raja lalu teringat Citra. Â Gadis jelita misterius yang tinggal di jalan BKR. Â Sedang apa dia sekarang? Â Raja menepis semua pikirannya. Â Bodoh! Tentu saja tidur nyenyak. Â Ini dinihari. Â Saatnya orang tengah asyik bermimpi.
Raja mengerutkan keningnya. Â Merangkai-rangkai semua hal dan peristiwa. Â Kalau Citra jelmaan dari lukisan Putri Dyah Pitaloka, lantas bagaimana kehidupannya di dunia nyata ini? Â Dan kenapa mimpi tadi menghampiri tidurnya? Â Raja menggaruk hidungnya yang tidak gatal.
Besok aku harus menemui Citra. Â Ini semakin menarik dan sepenuhnya diliputi misteri yang harus dipecahkan. Â Tidak mungkin ada reinkarnasi jika memang tidak ada maksudnya.Â
Tapi, bagaimana caranya aku bisa menemui Citra? Â Raja membatin dengan memelas.
Sepasang mata pemuda yang sebelumnya meredup tiba-tiba bercahaya terang. Â Dia teringat ucapan Citra sebelum mereka berpisah di taksi kemarin malam.
 "Belum saatnya kau tahu rumahku.  Kelak aku akan memberitahumu, bahkan mengajakmu berkunjung.  Sekarang yang paling penting adalah jika kau ingin bertemu denganku, datanglah ke toko buku di depan itu.  Aku pasti akan menemuimu."
Hmmm, besok aku akan ke toko buku itu. Â Raja memutuskan sebelum melangkah ke kamar melanjutkan tidurnya yang tertunda. Â Setengah berharap bermimpi lagi dan bertemu dengan rombongan kereta kencana.
------
Bersambung.....