Begini, terus terang ini bukan puisi. Â Aku hanya coba membahasakan hati. Â Di malam yang dipenuhi sajak sajak mengarungi andai. Â Seperti perahu bercadik di lautan sedang berpesta badai.
Berlompatannya masa ketika kata kata hanya sebatas wakil dari mata. Sebenarnya bukanlah disengaja. Â Itu adalah jarum dalam jerami yang terlempar ketika seharusnya untuk menjahit berani. Â Jadi janganlah salah sangka lalu membakar semua dalam panasnya api.
Jendela sudah terbuka sejak lama. Â Terbentang lebar selebar kawah yang sedang memangsa magma. Â Waktu bayanganmu datang, jam pengingat lalu berdentang. Â Ini pastilah tentang sesuatu yang hilang.
Jadi, untuk apalagi bersedih hati. Â Bahagia itu tidak pernah datang sendiri. Â Dia menunggu untuk dicari.
Bogor, 20 Agustus 2017