Mohon tunggu...
Mika Sanggeni
Mika Sanggeni Mohon Tunggu... petani pekebun peternak -

mampir lesehan ...

Selanjutnya

Tutup

Money

Belanja Pakai Jari, Tunai dan Kartu? Kuno

13 September 2017   15:31 Diperbarui: 13 September 2017   15:41 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa kita kalah cepat lagi dari India? Nonton siaran sepak bola liga eropa kita sama cepat. Beli iPhone terbaru kita sama cepat. Nonton film boxoffice holywood terbaru kadang kita lebih cepat.

Sekarang kan jaman digital. Belanja online bisa dari mana saja. Membawa-bawa uang tunai kemana-mana? Kuno, ribet dan bahaya. Kartu ATM debit dan kredit magnetik pun sedang dalam proses harus diganti kartu ber-chip.

Kartu debit kredit itu seharusnya juga sudah kuno di era digital sekarang ini. Kenapa kita harus ribet membawa-bawa kartu? Apa bedanya dengan membawa-bawa uang kertas.

Sekarang belanja online sudah membudaya. Mudah dan efisien, tak perlu repot keluar rumah terjebak macet dan sulit cari parkir. Pencet, pencet, dan pencet, tunggu beberapa waktu, barang yang dibeli datang sendiri.

Membayar belanjaan di mall dan minimart juga tak perlu pakai uang tunai atau kartu debit kredit. Cukup sorongkan hape, klik, selesai proses bayarnya.

Tapi membawa-bawa hape itu juga repot. Mungkin ada saatnya kita sedang dalam kondisi tak membawa apa-apa kecuali pakaian menempel di badan. Apakah lalu kita tidak bisa berbelanja, atau memenuhi kebutuhan lainnya yang memerlukan proses pembayaran?

Mengapa tidak seperti dalam film James Bond itu? Berhasil lolos dari suatu aksi maut, James Bond berenang ke pantai kota gemerlap, lalu berjalan masuk ke satu hotel berbintang hanya memakai celana pendek.

James Bond dapat dikenali oleh administrasi hotel, dan dilayani kebutuhannya. Ya, cukup dengan pemindaian biometrik sidik jari atau sidik retina mata.

Apakah itu teknologi khayalan yang hanya baru ada di film futuristik holywood? Tidak. Beberapa tahun lalu penduduk Indonesia sudah dipindai tangan dan matanya dalam perekaman e-KTP.

Jadi kenapa layanan belanja dan perbankan masih harus menggunakan kartu? Semua pegawai dan karyawan sekarang masuk kerja absen di mesin absen menggunakan sidik jari. Mesin pemindai sidik jari bukan teknologi baru yang mahal lagi.

Bukankah mudah dan nyaman kita berbelanja, bertransaksi perbankan cukup dengan menggunakan jari-jari kita?

Saya awali tulisan ini dengan pertanyaan "kenapa kita kalah cepat lagi dari India? Ya karena setelah ribut berita penarikan uang kertas pecahan tertentu di India kemaren. Ternyata saat ini mereka sudah mulai menerapkan identitas biometrik untuk rekening di bank.

Kegiatan ekonomi riil di India mulai bergeser ke teknologi digital. Proses pembayaran transaksi belanja mulai banyak menggunakan android.

Sedang masyarakat miskin di pelosok-pelosok yang bahkan tak mampu atau paham menggunakan android, didata oleh perbankan lokal menggunakan pemindaian sidik jari untuk identitas rekening tabungannya.

Ke pasar tradisional lalu berbelanja sayur, bayar dengan menyorongkan hp android, atau cukup menyorongkan jarinya ke mesin pembayaran. Beres dengan mudah, cepat dan aman.

Kartu ATM debit atau kredit? Kuno...

Saya menulis ini karena tergelitik saat terakhir berurusan dengan bank tempat saya menabung. Dalam suatu urusan, aturannya adalah saya harus menunjukkan buku tabungan saya. KTP dan kartu ATM saya tidak cukup.

Lhoh, sekarang jaman digital online. Dan masih harus menggunakan buku tabungan? Seperti jaman sekolah tahun 80-an saja.

Harusnya begini begitu, saya mengomel kepada CS bank dan mengucapkan kisah James Bond itu.

India sudah memulainya. Di Indonesia belum pernah saya dengar atau baca tentang tentang penggunaan identitas biometrik ini.

Yaa... maklum, alon-alon waton klakon....

Hehehehe....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun