Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasus Kopi Maut: Polisi Lebay?

26 Januari 2016   17:08 Diperbarui: 26 Januari 2016   17:25 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://megapolitan.kompas.com/read/2016/01/26/16152581/Administrasi.Penyidikan.Tunda.Pengungkapan.Kasus.Pembunuhan.Mirna"][/caption]

Awal tahun 2016, tepatnya Rabu 6 januari 2016, publik dikejutkan dengan tewasnya seorang perempuan saat minum kopi di cafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat.

Wayan Mirna Salihin, tewas setelah minum kopi bareng bersama dua temannya, Jessica dan Hani pada tanggal Rabu 6 Januari 2016. Sebuah tragedi yang membingungkan. Bagaimana mungkin dalam keadaan sehat wal afiat kemudian meninggal setelah minum kopi.

Sedari awal, merebaknya kasus kematian ini sudah yang cukup menyita perhatian orang, kemudian ditambah lagi dengan penyebab kematian Mirna, karena terungkap akibat keracunan Sianida yang berada dalam kopinya.

Kasus pembunuhan yang awalnya terkesan “mudah dan sepele” -karena orang yang terlibat sangat sedikit dan semuanya masih bisa dihubungi- tapi sampai saat ini belum ada titik terang sama sekali.

Kenyataannya, 20 hari sejak saat kematian Mirna, polisi belum juga menetapkan satupun tersangka. Saya melihat, setiap hari polisi “hanya” sibuk membuat statemen di media, beradu argumen (debat kusir) dengan pengacara saksi dan menggiring opini publik saja.

Pertanyaannya :

Apakah sepenting itu polisi setiap hari (bahkan sehari bisa lebih dari dua atau tiga kali) membuat statemen dimedia? Apalagi statemen polisi “sepertinya terus berusaha menggiring opini publik” bahwa nantinya yang akan jadi tersangka adalah Jessica, keliatan dari debat kusir antara polisi dengan pengacara Jessica dan berita bahwa polisi akan melindungi pembantu Jessica karena jadi saksi kunci.http://megapolitan.kompas.com/read/2016/01/22/15041581/Jadi.Saksi.Kunci.Kasus.Mirna.Pembantu.Jessica.Dilindungi.Polisi).

Apakah tidak sebaiknya polisi lebih mengedepankan kerja secara taktis dan praktis ketimbang bikin rumor terus? Dari beberapa waktu lalu Kamis 21 Januari 2016, polisi sudah bilang sudah ada tersangka tapi harus hati hati https://news.detik.com/berita/3123761/sudah-ada-tersangka-potensial-polisi-tetap-hati-hati-tangani-kasus-mirna

Yang aneh lagi, walaupun sudah mengatakan punya banyak alat bukti(http://megapolitan.kompas.com/read/2016/01/25/17211291/Polisi.Pegang.Alat.Bukti.yang.Akan.Tetapkan.Tersangka.di.Kasus.Mirna) , tapi dalam menetapkan tersangka, polisi akan berkonsultasi dulu dengan pihak kejaksaan tinggi. “Hal tersebut disampaikan Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Krishna Murti, menurutnya perlu ada perundingan dalam penersangkaan dalam perkara ini.” (http://bangka.tribunnews.com/2016/01/23/polisi-konsultasi-dengan-jaksa-sebelum-tetapkan-tersangka-kasus-mirna)

Apakah polisi sudah kehabisan cara atau bagaimana sampe minta pelaku mengaku sendiri? “Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti meminta siapa pun pelakunya agar kooperatif mengakui perbuatannya ketimbang memberi keterangan berbelit-belit. (http://megapolitan.kompas.com/read/2016/01/25/06010001/Menanti.Kejujuran.Penaruh.Sianida.di.Kopi.Mirna)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun