Mohon tunggu...
Melia Fitriani
Melia Fitriani Mohon Tunggu... Guru - guru, penulis, dan editor

Seorang guru yang gemar menulis fiksi dan menjadi editor lepas untuk naskah nonfiksi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengaruh Kemajuan Teknologi Komunikasi terhadap Tulisan Siswa

14 November 2019   06:12 Diperbarui: 14 November 2019   06:20 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Calistung (membaca, menulis, dan berhitung) merupakan tiga kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran di kelas rendah maupun kelas tinggi. Di kelas rendah, siswa diajarkan untuk bisa membaca huruf demi huruf, menuliskan huruf dan angka, serta berhitung dengan benar.

Setelah mampu menulis dan merangkai huruf dengan benar, di kelas dua siswa mulai dikenalkan pada tulisan tegak bersambung dan pengenalan huruf kapital serta ejaan dan tanda baca yang benar menurut EYD (sekarang PUEBI). Dari keterangan di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa menulis merupakan salah satu proses belajar yang berkesinambungan dan menjadi salah satu pengetahuan dasar yang harus dimiliki siswa untuk bisa menguasai materi pelajaran lainnya.

Pada awal belajar di kelas rendah sekolah dasar, siswa dituntut untuk bisa menuliskan bentuk-bentuk  huruf dan angka dengan benar. Di kelas-kelas berikutnya, menulis bukan hanya berarti menggoreskan tinta pena untuk membentuk suatu huruf atau angka saja, namun yang terpenting adalah bagaimana agar siswa bisa menulis dengan baik dan benar. Bahkan lebih jauh lagi, siswa juga pada akhirnya diharapkan mampu melahirkan suatu karya yang berguna bagi dirinya dan orang lain, entah itu dalam bentuk puisi, karangan prosa, ataupun bentuk aktif menulis lainnya.

Ironisnya, dengan adanya kemajuan teknologi pada masa kini, anak-anak justru terjebak dalam tulisan-tulisan alay yang pada akhirnya membuat mereka mengalami kesulitan dalam membuat tulisan yang baik dan benar. Sebagai contoh, begitu banyak remaja yang mencantumkan namanya di media sosial (misalnya facebook) dengan kata-kata dan tulisan yang kurang bisa dimengerti, misalnya : Dhevhie Ayhoe Chantieque Sekhalyie, Whennye Chelalhue Chetiyya Chelamanya, dan sebagainya.

Tulisan-tulisan yang berseliweran di jejaring media sosial pun juga seringkali membuat para guru, terutama guru Bahasa Indonesia, kecewa. Alih-alih menulis dengan struktur yang baik, bahkan ejaan dan tanda baca pun seakan tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.

Tanda baca seolah hanya menjadi simbol-simbol yang menjadi penghias tulisan agar kelihatan indah, tanpa memedulikan aturan penggunaan tanda baca yang benar. Sebagai contoh, seringkali ditemui sms (short message service) atau WhatsApp dengan tanda baca di tempat yang tidak semestinya, misalnya :

  • .n4nt1 k4mu l3zt 4p n994k (nanti kamu les apa nggak?);
  • ,4q m4zuk p4gi3 (aku masuk pagi);
  • Dsb.

Jika ditilik dari sejarah perkembangan teknologi komunikasi, dulu sebelum adanya fasilitas sms, kita sudah mengenal adanya pesan singkat yang dikirim melalui telegram. Namun, meskipun isinya berupa pesan singkat, tulisan dan kata-kata yang disampaikan masih tetap sopan dan jelas. Contoh :

  • selamat ulang tahun titik
  • nenek sakit keras koma cepat pulang titik habis

Bagi yang gemar berkorespondensi, biasanya susunan kalimat-kalimatnya lebih rapi lagi. Selain itu juga bahasa yang digunakan lebih indah dan santun.

Lantas, bagaimana cara menyikapi tulisan generasi muda sekarang ini yang mulai menunjukkan sisi negatif dari pemakaian gawai? Merupakan tugas kita sebagai guru dan orang tua untuk terus memantau dan mengarahkan putra-putri serta anak didik kita agar tidak terbawa pengaruh buruk perkembangan teknologi. Selain itu, siswa juga membutuhkan bimbingan khusus agar mereka mampu memanfaatkan teknologi dengan sebaik mungkin untuk perkembangan pendidikan mereka dan berkreasi demi kemajuan bangsa ini.

Diperlukan kerja sama semua pihak, antara orang tua, guru, dan masyarakat lingkungan setempat untuk ikut serta dalam mengawasi pendidikan generasi muda agar mereka mampu menjadi generasi muda yang tangguh dan tidak mudah terpengaruh budaya negatif yang ditimbulkan dari adanya globalisasi, terutama yang berkaitan dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi.

Tanamkan dalam diri mereka agar jangan jadikan teknologi sebagai sumber kemudahan yang mengarah pada budaya konsumtif, namun gunakanlah semua kemudahan teknologi yang ada saat ini sebagai suatu sarana untuk memacu hidup yang lebih baik lagi, untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun