[caption id="attachment_257167" align="aligncenter" width="500" caption="Candi Tikus sebenarnya merupakan petirtaan (pemandian) kuno putri-putri Kerajaan Majapahit"][/caption]
Candi Tikus terletak di Desa Temon-Trowulan, Mojokerto, Jatim. Nama candi ini menggelitik pikiran kami. Karena penasaran dengan wujud candi yang sebenarnya. Seperti apa sih bentuknya? Tanpa buang-buang waktu, kami pun bergegas menuju lokasi wisata Candi Tikus. Ternyata, apa yang kami lihat sungguh diluar dugaan. Kami membayangkan candi ini mirip seekor tikus. Namun kenyataannya lain sama sekali. Candi Tikus ditemukan pertama kali pada tahun 1914. Ketika warga beramai-ramai menggali gundukan bukit yang diperkirakan sebagai sarang tikus, tiba-tiba cangkul seorang warga membentur benda keras. Penggalian pun terus dilakukan. Ternyata benda keras tadi, tidak lain merupakan bagian atas candi. Kemudian, candi ini dinamakan Candi Tikus. Temuan warga ini selanjutnya dilaporkan kepada bupati Mojokerta saat itu, yakni Kromodjojo Adinegoro.
Sampai sekarang sebagian petani dari dalam dan luar Kota Mojokerto masih meyakini, kalau air di petirtaan Candi Tikus ini bisa dijadikan jimat ampuh untuk mengusir tikus. Bentuk bangunan candi ini berupa bidang bujur sangkar dengan beberapa menara yang berada di atasnya. Menara tertinggi melambangkan Gunung Semeru, yang diyakini masyarakat Majapahit kala itu sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Sedangkan pancuran air yang berada di sekeliling bangunan utama candi, melambangkan sumber segala kehidupan. Bila musim hujan tiba, dapat dipastikan bagian dasar pemandian ini akan tergenang oleh air hujan. Oleh sebab itu, mengakibatkan air dalam pemandian berwarna keruh kehijauan akibat berkembangnya lumut. Sayangnya, pancuran dan sistem sirkulasi air yang berada di sekeliling bangunan utama Candi Tikus sudah tidak berfungsi lagi. Mungkin akibat ulah tangan yang tidak bertanggung jawab. Pancuran air yang terbuat dari batu andesit itu, kini hanya berfungsi sebagai ornamen petirtaan saja.