Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Alexis

28 April 2017   16:44 Diperbarui: 28 April 2017   16:50 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita itu memandang kejauhan dari jendela kamarnya. Nampak cahaya gemerlapan di luar sana. 

Dunia seperti tak mau berhenti, pikirnya. Malam yang seharusnya untuk istirahat, tetapi justru semakin ramai. Tidak seperti waktu dia masih tinggal di Padepokan. Kalau hari sudah memasuki malam, maka kegelapan dan kesunyianlah yang terjadi. Sesekali memang terdengar suara cantrik yang ingin menempa diri. 

Aku harus kuat, tiba tiba wanita itu berkata pada dirinya sendiri. 

Dilihatnya di cermin, nampak wajahnya yang cantik berkilau bagai pualam. Namun wanita itu ragu untuk mendekat ke cermin. Walaupun hatinya ingin sekali, melihat lebih jelas wajahnya lewat cermin itu. Ada masalah besar setiap kali wanita itu mendekat ke cermin. 

Semakin dekat wanita itu dengan cermin, semakin kuat cermin itu seperti mendorong tangan wanita itu untuk merabanya. Namun jika tangan wanita itu sudah meraba cermin, terjadilah bayangan bayangan yang tidak diketahuinya. Terkadang bayangan itu mencekam, walau teekadang menyenangkan bahkan cenderung mempesona. Maklum sebagai wanita tentu dia akan senang sekali kalau bisa mandi di sendang di kelilingi dayang dayang. 

Namun perasaan takut dan was was selalu menyelimuti hatinya, ketika bayang bayang yang muncul di cermin itu sangat menakutkan. 

Pernah suatu saat tanpa wanita itu sadari, begitu tangannya menyentuh cermin, dia melihat kobaran api di Padepokan. Banyak orang pontang panting berlarian ke sana ke mari tidak tentu arah. Wanita itu ingat, ayahandanya tidak berada di Padepokan dan kemudian ada Tamu Agung. 

Tamu Agung itu menatap wajahnya tak berkedip. Kemudian dengan paksa membawanya ke luar dari Padepokan. Tentu saja para cantrik tidak menerima hal itu. Tetapi Tamu Agung itu membawa banyak prajurit. Para cantrik yang berani melawan dibuat tak berdaya oleh para prajurit yang dibawa oleh Tamu Agung itu. Cantrik cantrik lain berlarian, takut menjadi korban. Belakangan wanita itu sadar kalau Tamu Agung rupanya suami pertamanya.

Kenikmatan yang diberikan suami pertamanya membuat wanita itu lupa akan jati dirinya, sampai suatu hari ada salah satu pengawalnya berdiri melongo melihat dia turun dari kereta kencana, saat dia mau mandi di sendang. Memang ada angin kuat yang membuat kainnya tersibak, sehingga bagian tubuhnya yang paling rahasia terasa semilir. Namun pengawal itu bukannya takut justru melihatnya dengan mata tak berkedip. Alexis, wanita itu berpikir, ah dia kan hanya pengawal.

Namun pada waktu lain ketika tangan wanita  itu menyentuh cermin lagi, pengawal itu sudah menjadi suami ke dua nya. Rupanya dia berhasil menjadi penguasa negeri.

Tetapi yang menjadi masalah besar adalah ketika baru baru ini, tangannya menyentuh cermin itu lagi. Terdengar teriakan keras dari anak sulung dari suami pertamanya, Anusandi berteriak teriak di depan pendukungnya, kita bebaskan Alexis dari cengkeraman Raja.

Alexis hanya bisa terhenyak. 

 

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun