Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Riega, Sosok Petani Muda Gayo Pegiat Budidaya Pertanian Organik

15 Mei 2017   11:37 Diperbarui: 16 Mei 2017   15:11 1759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1, Safriga di lahan kentang organik yang dia kelola (Doc. FMT)

Di era “go green” yang sedang menjadi tren di dunia pertanian dan fenomena back to nature yang kini mewabah di pasar produk pertanian, mengharuskan petani untuk terus mengurangi ketergantungan penggunaan bahan-bahan kimia dalam usaha tani mereka. Permintaan konsumen produk pertanian saat ini, tidak sekedar menghendaki mutu atau kualitas produk yang bagus, tapi juga mesti aman untuk dikonsumsi. Fenomena seperti ini yang kemudian menuntut para petani untuk mulai beralih ke pola budidaya pertanian organik.

Tapi mengajak petani untuk beralih ke budidaya pertanian organik , bukanlah hal yang mudah. Para petani yang sudah terbiasa bahkan dimanjakan dengan cara instan dalam usaha tani mereka, terasa sulit untuk mengurangi ketergantungan mereka pada pupuk dan pestisida kimia. Padahal, penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan, dalam jangka panjang akan sangat merugikan petani sendiri. Selain produk mereka akan sulit menembus pasar ekspor, karena tidak terjamin keamanan pangannya. Penggunaan material kimiawi dalam usaha tani dalam waktu panjang, juga akan menyebabkan tingkat kesuburan tanah dan daya dukung lahan menurun drastic, ini bisa menyebabkan produktivitas hasil pertanian juga akan ikut menurun.. Begitu juga dengan serangan hama dan penyakit tanaman, akan semakin sulit dikendalikan, karena penggunaan bahan kimia dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman, dalam jangka panjang justru akan membuat hama dan penyakit tanaman menjadi kebal dan sulit dibasmi. Penggunaan material kimia dalam usaha tani juga akan menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan yang pada akhirnya akan merugikan kesehatan masyarakat.

Kondisi seperti itulah yang membuat Riega, seorang petani muda di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah merasa prihatin. Bersama para penyuluh pertanian yang ada di daerahnya, Riega mulai memperkenalkan budidaya pertanian organik kepada para petani yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Kepada para petani, dia menjelaskan bahwa usaha pertanian yang berorientasi pasar, mau tidak mau harus menerapkan pola organik dengan meminimalisir penggunaan material kimia dalam usaha tani.

Namun upaya yang dilakukan petani muda pemilik nama asli Safriga ini belum juga membuahkan hasil, karena para petani lebih memilih cara instan dalam usaha tani mereka. Menurut mereka, budidaya pertanian organik adalah sesuatu yang mustahil untuk diterapkan, karena bertani dengan menggunakan material organik, tanaman akan lambat pertumbuhannya dan produksinyapun tidak seperti yang diharapkan. Begitu juga dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman, mereka lebih percaya pada pestisida kimia ketimbang mencoba pestisida nabati yang sebenarnya lebih efektif dan ramah lingkungan.

Sebuah contoh yang baik lebih berharga daripada seribu nasehat”, pepatah tua itulah yang kemudian mengilhami Riega untuk mengajak petani beralih ke budidaya pertanian organik tidak sekedar dengan himbauan atau ajakan. Dia harus mampu mencontohkan bahwa pertanian organik itu jauh lebih menguntungkan, begitu yang terpikir di benaknya. Untungnya dia cukup kenal dekat dengan banyak penyuluh pertanian, dari mereka dia bisa sharing tentang budidaya pertanian organik. Dengan cara demikian, dia akan bisa lebih meyakinkan petani lainnya bahwa pertanian organik itu sejatinya santa menguntungkan. Begitu juga petani yang ikngin belajar dan ingin tau lebih banyak tentang budidaya pertanian organik, bisa langsung melihat di lahan miliknya.

riega-di-lahan-pertanian-organik-59192ef3317a613062b6ae5b.jpg
riega-di-lahan-pertanian-organik-59192ef3317a613062b6ae5b.jpg
Gambar 2, Bersama para penyuluh, Riega tak pernah berhenti memotivasi petani untuk beralih ke budidaya pertanian organik (Doc. FMT)

Menggeluti usaha pertanian sebenarnya bukan hal baru baginya, karena dia memang berasal dari keluarga petani, tapi memulai usaha pertanian organic adalah tantangan tersendiri baginya. Pendidikan akademis yang pernah dijalaninya sebenarnya agak “melenceng” dari pertanian, karena pria kelahiran 19 Oktober 1982, ini sejatinya seorang sarjana manajemen akutansi. Tapi Riega bukanlah sosok pemuda yang berharap mendapat pekerjaan dengan mengandalkan ijazah yang dimilikinya, apalagi lapangan kerja di kantor pemerintah maupun swasta semakin sulit didapat. Dia berfikir bahwa yang mennetukan masa depannya adalah dirinya sendiri, bukan orang lain.

Mulai menggarap lahan tidur.

Melupakan ijazah sarjananya, Riega mulai bergelut dengan dunia pertanian sebagai pelaku, dan pilihannya adalah pertanian organik, sesuai dengan yang dia sarankan selama ini kepada para petani di sekitarnya, karena menurutnya pertanian organik inilah yang akan mampu menjamin masa depannya.  Mulai dia menggarap lahan tidur yang ada di sekitar lokasi wisata Pantan Terong yang berada di ketinggian sekitar 1.600 meter diatas permukaan laut. Menurut analisanya, kondisi agroklimat seperti itu sangat cocok untuk pengembangan berbagai komoditi hortikultura dataran tinggi seperti Kentang, Kol, Wortel, Tomat, Cabai dan sebagainya. Kebetulan di kawasan ini masih banyak lahan tidur yang selama ini tidak pernah dimanfaatkan oleh pemiliknya untuk usaha pertanian, dia bisa memanfaatkan lahan tersebut dengan cara sewa atau pinjam pakai, disamping dia sendiri memang punya lahan sendiri, meski tidak terlalu luas.

Tidak seperti petani lainnya yang lebih suka menggunakan pupuk kimia yang mereka anggap lebih praktis sebagai pupuk dasar, Riega memilih untuk memanfaatkan limbah ternak dan limbah pertanian sebagai pupuk organik untuk tanamannya. Kalaupun dia menggunakan pupuk buatan sebagai stimulant, dia hanya menggunakan pupuk organic atau pupuk kimia dalam jumlah yang sangat terbatas. Dia harus meyakinkan dirinya, bahwa dengan hanya menggunakan material organik saja, usaha tani yang dia lakukan akan berhasil. Dengan demikian dia akan bisa meyakinkan petani lainnya untuk beralih ke budidaya organic seperti yang dia sarankan selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun