Mohon tunggu...
Marudut Parsaoran Anakampun
Marudut Parsaoran Anakampun Mohon Tunggu... Penulis - Hidup harus berekspresi, menulis dan berpikir.

Perjalanan hidup sesorang dimulai dari titik nol dan terbentuk sendiri oleh alam dan lingkungan. Perjalan hidup akan membentuk jati diri dan karakter . tanpa disadari kita akan dipaksa untuk membuat suatu pilihan, pilihan itu yang akan menentukan siapa kita. jiwa dan raga akan berjalan beriringan namum tidak akan bersatu. tetapi dalam satu titik ada masa untuk bertolak belakang.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Komisi Pemilihan Umum, Integritas yang Dipertanggungjawabkan

27 Mei 2019   20:36 Diperbarui: 28 Mei 2019   22:17 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kondisi beban kerja yang cukup tinggi namun disayangkan hanya mendapatkan upah yang cukup minim., Menjadi laporan masyarakat itu sendiri bahwa proses Demokrasi pemilihan itu terlalu dipaksakan. Demikian juga halnya atas temuan masyarakat bahwa kotak suara terbuat dari bahan kertas tidak efektif pada daerah dan kondisi- kondisi tertentu. 

Hal ini yang menjadikan masyarakat- masyarakat tercederai kepercayaan dan terluka hatinya. Kebijakan-kebijakan yang terlalu dipaksakan, kurangnya transparansi dan keterbukaan, kebijakan mengedepankan efektif namun menghasilkan output kemubajiran.

Putusan itu akhirnya ada diatas Kedaulatan Lembaga Negara itu, Komisi Pemilihan Umum telah menjalankan fungsinya sebagai Wadah Eskalasi Politik. Lembaga itu juga banyak menerima gugatan atas ketimpangan kebijakan yang diambil. 

Masyarakat sebagai aktor dalam menjalankan proses pemilihan umum, seharusnya masyarakat juga harusnya dipandang perlu dalam menjalankan roda roda bernegara. Aspirasi segelintir masyarakat itu juga harus didengar. Meskipun tak mayoritas, mereka juga bagian negara kesatuan republik Indonesia. Ini adalah cambukan keras kepada Lembaga sekaliber Komisi Pemilihan Umum, Lembaga yang besar, tumpuan atas cita-cita rakyat Indonesia, yang seharusnya adil dan mengutamakan azas transparansi didalam segala kebijakan dan kewenangan yang telah dipercayakan. 

Ini adalah pelajaran kita bersama, cambukan untuk kita bersama juga, pelajaran yang seharusnya selalu menjadi pedoman untuk dikemudian hari. 

Siapa yang salah dan siapa yang benar juga tidak ada Jawaban yang pasti, karena ini adalah bagian kita masing masing dalam menjalankan hidup bernegara. Namun ini hanya sebuah pelajaran kecil yang tidak mungkin untuk kita lupakan.

Apa yang sudah tampak haruslah kita terima, meskipun kita merasakan ada ketimpangan. Amat sulit menerima kekalahan jika kita menganggap ada sesuatu yang dipertontonkan atas dasar kecurangan dan ketidak Adilan. "Saatnya kita harus menjadi seorang figur dewa, sabar dan merima apa adanya, namun pada dasarnya itu adalah  sebuah kekeliruan"

Yang kalah tetap legowo menerima kekalahan, yang menang tidak patut untuk disombongkan, tetapi merangkul yang kalah, "itu hanya sebuah pertarungan kecil, yang tak terusik pada batin dan pemikiran". Pertarungan kecil yang tidak harus meruntuhkan negara kesatuan republik Indonesia.

Saat Kita harus bersatu, melupakan perbedaan yang selama ini tampak, persatuan Indonesia, adalah kata kunci yang tepat. Tetap menjalin persatuan, dengan begitu segala riak-riak perpecahan dapat diredam bersama. Indonesia tetaplah Indonesia, tetap memupuk rasa persaudaraan yang telah terjalin. Rakyat Indonesia punya hak yang sama dalam menjalankan pemerintahan ini. 

Marudut Parsaoran

27 /05/2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun