Mohon tunggu...
Mario Baskoro
Mario Baskoro Mohon Tunggu... Jurnalis - Punya Hobi Berpikir

Hampir menyelesaikan pendidikan jurnalisme di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Secara praktis sudah menyusuri jalan jurnalisme sejak SMA dengan bergabung di majalah sekolah. Hampir separuh perkuliahan dihabiskan dengan menyambi sebagai jurnalis untuk mengisi konten laman resmi kampus. Punya pengalaman magang juga di CNN Indonesia.com. Tertarik di bidang sosial, politik, filsafat, dan komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ikhtiar Merdeka dalam Kacamata Bung Karno

17 Agustus 2017   09:28 Diperbarui: 17 Agustus 2017   14:25 2501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: hastagnews.co.id

Bertolak belakang dengan ketika lelaki yang lain justru hanya mengandalkan kekuatan tekad sebagai modal pernikahan. Tak perlu gedung dan emas, cukup tempat tinggal berukuran kecil dengan dapur dan tempat tidur beralaskan tikar, itu sudah pantas dijadikan sarana penunjang simbolisasi keterikatan suami istri. Kemudian Bung Karno melengkapi kembali, diantara kedua permisalan kisah lelaki itu, apakah sudah pasti yang paling berbahagia adalah lelaki yang pertama ? Nalar manusia akan menjawab : belum tentu.

Dalam kaitannya dengan persiapan kemerdekaan, secara subjektif penulis mengindikasikan bahwa melalui cerita permisalan tersebut, Bung Karno sesungguhnya (secara implisit) berniat untuk mengkritik proses persiapan kemerdekaan yang terjadi kala itu. Bahwa, BPUPKI mencerminkan lelaki pertama, yang serba merumitkan situasi sana dan sini dalam merencanakan kemerdekaan. Secara sepihak Bung Karno mengeluhkan perencanaan kemerdekaan yang terlalu bertele-tele dan memakan banyak waktu.

Beliau bersikukuh, hal tersebut (secara kasar) hanya akan menelantarkan Indonesia dalam hal kepastian kemerdekaan. Dengan demikian, jelas disini terlihat jelas bahwa Bung Karno berani (lagi, secara implisit) menyatakan dirinya sebagai pihak oposisi daripada BPUPKI, atas ketidakrelaannya untuk membiarkan persiapan kemerdekaan tanah airnya sendiri jatuh kepengurusannya di tangan Jepang, yang notabene berstatus (bekas) penjajahnya sendiri.

Bung Karno melihat kemerdekaan bukanlah sebagai sesuatu yang perlu dirumit-rumitkan, dimatang-matangkan, dan sebagainya ; tatkala yang beliau harapkan hanyalah satu hal, Indonesia menggenggam kemerdekaan secepat mungkin dalam waktu yang seringkas mungkin, karena ini adalah harapan universal bagi siapa saja orang yang berpayung dalam nama Indonesia. Apakah sudah ada modalnya untuk mewujudnyatakan kemerdekaan dengan cara seperti demikian ? Ada. Bung Karno menyebut modal itu dengan istilah Minimum Eis. Adalah hasrat bersama ; semangat bersama ; tekad bersama ; kemauan bersama, untuk membangun dan mempertahankan bangsanya sendiri, yang dimana itu sudah tercipta dan tertanam dalam setiap intuisi pikiran dan perasaan milyaran orang Indonesia jumlahnya.

Jika itu sudah menjadi modal yang sangat cuku, jadi untuk apa terus diperumit ? Untuk apa trus ditunda ? Untuk apa terus ragu hati dan berlutut pada leletnya langkah kaki BPUPKI ? Sungguh kurang kerjaan.... Jadilah seperti lelaki yang kedua, percaya diri mengandalkan tekad dan keberanian untuk mencapai visi besar.... Menunda kemerdekaan sama kelirunya dengan menunda pernikahan.... Kira-kita seperti itulah....

Jelas kekritisan dan kesederhanaan begitu terpantul disaat yang bersamaan sekaligus sebagai bagian dari jati diri Bung Karno ketika beliau menegaskan semua itu melalui bunyinya yang demikian :

  • ....Jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai "njlimet". Jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai njlimet, barulah mereka berani menyatakan kemerdekaan....
  • ....Kalau benar semua hal ini harus diselesaikan lebih dulu, sampai njlimet, maka saya tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, Tuan tidak akan mengalami Indonesia Merdeka....
  • ....Maka oleh karena itu saya minta kepada tuan-tuan sekalian, janganlah tuan-tuan gentar di dalam hati, janganlah mengingat bahwa ini dan itu lebih dulu harus selesai dengan njlimet, dan kalau sudah selesai, baru kita dapat merdeka. Alangkah berlainannya Tuan-tuan punya semangat,-jikalau Tuan-tuan demikian- dengan semangat pemuda-pemuda kita yang 2 milyun banyaknya. Dua milyun pemuda ini menyampaikan seruan pada saya, 2 milyun pemuda ini semua berhasrat Indonesia Merdeka Sekarang....
  • ....Dan sekarang kita menghadapi kesempatan untuk menyusun Indonesia Merdeka, kok lantas kita zwaarwichtig dan gentar-hati....
  • ....Saudara-saudara, kenapa kita sebagai pemimpin rakyat, yang mengetahui sejarah, menjadi zwaarwichtig, menjadi gentar, padahal semboyan Indonesia Merdeka bukan sekarang saja kita siarkan? Berpuluh-puluh tahun yang lalu, kita telah menyiarkan semboyan Indonesia Merdeka, bahkan sejak tahun 1932 dengan nyata-nyata kita mempunyai semboyan "INDONESIA MERDEKA SEKARANG" Bahkan 3 kali sekarang, yaitu Indonesia Merdeka sekarang, sekarang, sekarang!....  
  • ....Saudara-saudara, kalau umpamanya pada saat sekarang ini Balatentara Dai Nippon menyerahkan urusan negara kepada kita, maka satu menit pun kita tidak akan menolak, sekarang pun kita menerima urusan itu, sekarang pun kita mulai dengan negara Indonesia yang Merdeka!....
  • ....Musyik-musyik di Rusia sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat Amerika sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat Inggris sanggup mempertahankan negaranya. Inilah yang menjadi minimum-eis. Artinya, kalau ada kecakapan yang lain, tentu lebih baik, tetapi manakala sesuatu bangsa telah sanggup mempertahankan negerinya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, semua siap sedia mati, mempertahankan tanah air kita Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap sedia, masak untuk Merdeka....

Merdeka Ala Bung Karno : Kemerdekaan Adalah Jembatan Emas Kesembuhan Indonesia

Kiat Bung Karno belum berhenti sampai disitu. Beliau kemudian kembali bermain-main dengan analogi. Penggambaran kemerdekaan dengan permisalan kasus jenis-jenis model lelaki dalam mempersiapkan pernikahan kemudian terbarui dengan anaogi lain yang lebih estetik : 'kemerdekaan adalah jembatan emas'.

Bermula dari anggapan Bung Karno tentang realitas keadaan Indonesia yang diidentikan sebagai suatu penyakit, maka beliau mengekspektasikan kemerdekaan dapat menjadi obat yang mujarab untuk menyembuhkan penyakit itu. Asumsi bahwa 'penyembuhan penyakit' sebagai aspek prasyarat dari perwujudan kemerdekaan beliau anggap sebagai kekeliruan ; yang benar adalah justru kemerdekaanlah yang akan membawa Indonesia pada ''penyembuhan penyakit' itu. 'Merdeka untuk sembuh', bukan 'sembuh dulu baru merdeka'. Harapan Indonesia untuk memperbaiki diri ada diujung dari jembatan emas itu. Indonesia merdeka dalam keadaan sakit dan akan sembuh setelah menyeberangi jembatan emas kemerdekaan tersebut.

Konkritnya beginilah kata beliau :

....Saudara-saudara! Sebagai juga salah seorang pembicara berkata: kita bangsa Indonesia tidak sehat badan, banyak penyakit malaria, banyak disentri, banyak penyakit hongeroedeem, banyak ini banyak itu. "Sehatkan dulu bangsa kita, baru kemudian merdeka."Saya berkata, kalau ini pun harus diselesaikan lebih dulu, 20 tahun lagi kita belum merdeka. Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita menyehatkan rakyat kita, walaupun misalnya tidak dengan kinine, tetapi kita kerahkan segenap masyarakat kita untuk menghilangkan penyakit malaria dengan menanam ketepeng kerbau. Di dalam Indonesia Merdeka kita melatih pemuda kita agar supaya menjadi kuat, di dalam Indonesia Merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik-baiknya. Inilah maksud saya dengan perkataan "jembatan". Di seberang jembatan, jembatan emas, inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia Merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal dan abadi....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun