Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di Bantul Merah Putih Hampir Koyak

17 Januari 2017   18:37 Diperbarui: 17 Januari 2017   19:13 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Muncul  berita dari Kabupaten Bantul bahwa ada sekelompok masyarakat yang menuntut agar Yulius Suharta Camat Pajangan yang baru dilantik tanggal 30 Desember yang lalu dicopot dari jabatannya karena ia beragama Katolik.

Tuntutan tersebut menyatakan penduduk Kecamatan Pajangan yang mayoritas Muslim tidak mau dipimpin oleh camat yang non Muslim.Bupati Bantul ,Suharsono dengan tegas menolak tuntutan dimaksud karena Yulius telah memenuhi persyaratan untuk diangkat sebagai camat dan ketentuan yang berlaku tidak memberi kriteria tentang agama yang dianut oleh pejabat yang akan diangkat.

Mendengar berita tersebut lama saya termenung bagaimana masa depan republik ini nantinya kalau agama juga dibawa ke ranah jabatan.
Kita mengetahui untuk mengangkat seseorang dalam jabatan camat kriteria utama yang digunakan antara lain:pangkat/golongan,integritas,profesionalitas ,kecakapan ,kemampuan berkomunikasi,loyalitas pada tugas dan kerelaan mengabdi untuk kepentingan masyarakat.Di Republik yang berbilang kaum dan beragam agama ini tidak pernah dicantumkan faktor agama ataupun suku dalam rekrutmen jabatan.

Saya tidak pernah bertempat tinggal di Yogjakarta tetapi dalam pandangan saya di kota gudeg dan sekitarnya telah lama tumbuh dan berkembang budaya toleransi ,saling menghargai antara satu suku dengan yang lainnya dan juga antar sesama pemeluk agama.Karena keterbukaan kota ini lah sejak dari dulu banyak sekali mungkin sudah jutaan orang datang dari berbagai daerah untuk  menimba ilmu dan orang orang dari kampung kami pun bercerita bagaimana ketika mengikuti pendidikan di kota budaya ini mereka selalu mereguk dan menghirup hawa toleransi yang begitu damai.Karena keramahan kota ini jualah banyak orang walaupun sudah selesai kuliah tidak mau pulang ke daerah asal karena katanya "ritme " kehidupan di kota ini telah mempengaruhi nya dan dia tidak bisa lagi mengikuti ritme kehidupan di daerah asalnya.

Saya tidak punya catatan yang lengkap berapa ribu orang dari kampung kami di Mandailing yang datang menimba ilmu malahan menikah dan tinggal di Daerah Istimewa ini dan semuanya bercerita betapa hebatnya magnit yang dimiliki kota ini.Semuanya merasa enggan untuk pulang dan semuanya merasa betah untuk tetap berada disana.Mereka selalu bercerita tentang kehidupan komunitas sosial yang begitu guyub yang begitu akrab dan tidak pernah muncul cerita adanya gesekan gesekan antar pemeluk agama maupun suku.

Di pusat kebudayaan Jawa ini pada awal awal kemerdekaan banyak sekali tokoh tokoh dari kampung kami di Mandailing yang menjadi pejabat disini sebutlah misalnya Kolonel A.H.Nasution yang memimpin TNI di Jawa begitu juga Kol.Z Lubis tokoh intel misterius itu.Yogja bagi mereka adalah rumahnya dan mereka tidak pernah merasa asing disini padahal kalau dari sisi bahasa dan budaya sewajarnya mereka merasa asing.Tapi Yogja seolah olah tidak mengenal kata " kamu " dan " kami" yang ada adalah " kita"

Dalam perspektif yang demikianlah sungguh disayangkan munculnya sentimen agama berupa penolakan ketika Yulius Suharta yang beragama Katolik itu diangkat jadi camat.Tiba tiba pikiran saya mengembara tidak hanya membayangkan Bantul tapi membayangkan bahagian bahagian lain dari tanah air sembari bertanya sudah sejauhmana

sentimen agama atau suku menjadi sekat pemisah diantara sesama kita warga bangsa. Untunglah Bupati Bantul ,Suharsono tegar dengan pendiriannya dan tidak mau takluk dan tunduk kepada tekanan sekelompok orang untuk membatalkan pengangkatan Yulius Suharta.Seandainya Bupati tunduk terhadap tekanan maka di Bantul Merah Putih akan terkoyak dan sekali koyak akan sulit kembali menjahitnya.


Semoga persatuan dan kesatuan bangsa ini tetap terjaga.
Salam Persatuan !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun