Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sistem Anti-Rudal S-400 Diterima Turki, AS-NATO Panik, Rusia Tertawa, Timteng Tambah Kalut

31 Juli 2019   21:04 Diperbarui: 31 Juli 2019   21:09 12928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: hurriyetdailynews.com + the Moscow times

Situasi Terkini
Sistim rudal anti-rudal untuk pertahanan udara S-400 buatan Rusia telah tiba di Turki, Presiden Turki Erdogan mengklaim bahwa sistem ini harus dibuat di Turki kelak atas opsi dari pembelian alutista ini.

AS telah mengirim dua jet tempur siluman generasi ke-5 F-35 ke Israel.

Yunani cemas, mereka mengancam akan memberikan informasi sistem data operasional S-300 yang mereka punyai kepada Israel.  Rusia marah.

Saat ini rudal anti-rudal buatan Rusia terus terkonsentrasi di Timur Tengah, AS menggandeng sekutu-sekutunya terus mengeluarkan jurus-jurus bermanuver.

Dengan situasi yang demikian akankah membawa perubahan di Timur Tengah?

Pernyataan Turki -- Presiden Recep Tayyip Erdogan
Pengiriman itu tiba di pangkalan udara di ibu kota Ankara, Jumat 12 Juli, kata kementerian pertahanan Turki.


Langkah ini akan membuat marah AS, yang telah memperingatkan bahwa Turki tidak boleh memiliki sistem pertahanan anti-pesawat S-400 dan jet tempur F-35 AS bersamaan.

Turki dan AS adalah sekutu NATO - tetapi Turki juga telah membangun hubungan yang lebih dekat dengan Rusia.

Turki telah menandatangani untuk membeli 100 pesawat tempur F-35 AS dan telah banyak berinvestasi dalam program F-35. Perusahaan-perusahaan Turki memproduksi 937 bagian pesawat F-35.

Namun Turki juga telah mengupayakan kebijakan pertahanan yang semakin independen di tengah hubungan yang tegang dengan AS dan Eropa. Mereka telah membeli sistem pertahanan udara S-400 canggih Rusia seharga $ 2.5 milyar USD dan mengirim anggota pasukannya ke Rusia untuk pelatihan.

Pejabat pertahanan AS mengatakan S-400 tidak kompatibel dengan sistem pertahanan udara NATO yang lebih luas di kawasan tersebut.

AS memperingatkan bahwa mereka akan mengeluarikan Turki dari program F-35 jika kesepakatan S-400 berlanjut, dan memperingatkan bahwa Turki dapat dijatuhi sanksi ekonomi.

Washington telah memperingatkan Turki bahwa bergerak maju dengan pembelian S-400 akan memicu sanksi di bawah Undang-Undang Penanggulangan Lawan Amerika Melalui Sanksi, Countering American Adversaries Through Sanctions Act, atau CAATSA, yang disahkan pada tahun 2017 untuk menjatuhkan sanksi terhadap Iran, Korea Utara dan Rusia dan memerangi pengaruh negara-negara tersebut di seluruh dunia.

Turki berpendapat bahwa kedua sistem akan ditempatkan di lokasi yang terpisah, dan putusan ini dikarenakan AS selalu menunda-nunda untuk menawarkan perisai pertahanan rudal alternatif.

Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan setelah pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump bahwa dia yakin AS tidak akan menjatuhkan sanksi.

Turki memiliki tentara terbesar kedua di NATO, aliansi militer yang beranggotakan 29 negara.

Turki merupakan salah satu sekutu utama AS, dan terletak di posisi strategis, berbagi perbatasan dengan Suriah, Irak, dan Iran.

Turki juga memainkan peran penting dalam konflik Suriah, memberikan dukungan senjata dan militer kepada beberapa kelompok pemberontak anti pemerintahan Suriah.

Namun, terlihat hubungan memburuk dengan beberapa anggota NATO dan UE, mereka menuduh Erdogan mengadopsi gaya yang semakin otoriter setelah kudeta yang gagal pada tahun 2016.

Situasi Timteng Yang Membingunkan
Pada 12 Juli, Kemenhan Turki resmi mengumumkan bahwa rudal anti-pesawat S-400 yang dibeli dari Rusia telah tiba di Turki secara bagian per bagian.

NATO terkejut, mereka menunggu sanksi apa yang akan dijatuhkan pemerintahan Trump-AS terhadap Turki.

Untuk menanggapi urusan dengan Turki, Yunani yang memang sedang berkonflik dengan Turki untuk masalah Siprus, mengancam akan membagikan informasi data operasional S-300 yang mereka miliki kepada Israel. Pernyataan ini membuat Rusia marah.

Qatar telah meningkatkan kerjasama militer dengan AS di Timteng.

S-400 Tiba di Turki
Menurut Website "Satelit" Rusia, Kementerian Pertahanan Nasional Turki mengumumkan pada 16 Juli bahwa pesawat ke-12 yang telah mengangkut bagian-bagian dari sistem rudal pertahanan udara S-400 Rusia telah mendarat di Turki.

Menurut Kantor Berita TASS pada 15 Juli, Presiden Turki Erdogan telah beberapa kali sebelumnya mengatakan bahwa Turki dikatakan tidak akan membeli, tidak boleh membeli S-400, tapi kini sudah membelinya.

Lebih lanjut Erdogan mengatakan, Sistem rudal pertahanan udara S-400 akan sepenuhnya dikerahkan pada April 2020. Kami, orang-orang Turki mematuhi janji-janji tentang S-400 yang menrupakan sistem pertahanan terkuat di dunia, saya harap kami dapat bekerjasama dengan Rusia untuk memproduksinya.

Erdogan dengan tegas menyatakan bahwa Ankara berharap untuk bersama-sama menghasilkan sistem rudal anti-rudal dengan Rusia. Kerja sama militer antara Rusia dan Turki telah menghangat dengan tajam, yang mengejutkan sekutu Turki --- NATO.

CNN melaporkan pada 14 Juli bahwa ada anggota negara NATO membeli rudal Rusia yang dirancang untuk menembak jatuh jet tempur AS, tentu saja tidak akan berakibat baik.

Menurut "Defense News" AS yang melaporkan pada 18 Juli, pemerintah AS secara resmi "mengleuarkan" Turki dari proyek kerjasama jet tempur F-35. Pengaturan asli yang semula akan diproduksi bagian-bagian dari F-35 di Turki pada tahun 2020 juga dibatalkan.

Tapi beberapa pejabat Pentagon mengatakan masih belum sepenuhnya menutup pintu Turki untuk kembali bekerja sama untuk F-35, jika Turki sekarang mau membatalkan penyerahan S-400. Mereka masih akan dapat kembali ke program kerjasama untuk F-35 dalam beberapa cara.

Tapi kini S-400 telah tiba di Turki. Hampoir besamaan waktu Pasukan Pertahanan Israel baru-baru ini mengumumkan bahwa Angkatan Udara Israel telah menerima dua pesawat tempur F-35 terbaru, yang telah mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Nevatim Israel selatan dan akan bergabung dengan armada tempur F-35 Israel.

Pada akhir 2019, Israel akan memiliki 20 pesawat tempur F-35 dan menjadi negara pertama di dunia yang memiliki pesawat tempur F-35 terbanyak di luar AS.

Turki Menghendaki Kemandirian Dalam Alutisista
Dengan tibanya S-400 di Turki dan bahkan akan diproduksi bersama dengan Rusia di Turki, tanpa memperdulikan reaksi AS dan NATO, ini tampaknya membuat panik AS dan NATO. Ini juga menunjukkan ketegasan Turki.

Sifat tegas Turki telah membuat kebingunan AS dan NATO jika  dibandingkan dengan tibanya S-400 di Turki, sebab ini akan menimbulkan badai,  seperti kita ketahui sebelumnya, selama ini NATO sangat solid, meskipun ada perbedaan kecil tapi belum pernah ada tindakan subversif seperti apa yang dilakukan Turki sekarang.

Tetapi kini Turki telah mengambil langkah ini dan percaya bahwa itu akan menjadi yurisdiksi berikutnya dari seluruh anggota NATO. Demikian menurut perkiraan para pengamat.

Karena seperti yang kita ketahui, organisasi militer ini perlu dikelola dengan pergerakam terpadu bersama, itu aturannya. Jika ada timbul suara yang sangat berbeda, ini dapat dikatakan sebagai suversif besar. Dikhawatirkan di masa depan akan timbul lebih banyak negara anggota di bawah kerangka kerja NATO yang bertindak sangat berbeda seperti apa yang Turki lakukan sekarang. Ini sungguh mengkahwatirkan AS.

Tampaknya pengiriman S-400 ke Turki ini sudah tidak mungkin dirubah lagi. Dan bahkan pengiriman awal telah dilakukan dengan transportasi pesawat seperti sangat mendesak sekali, sedang biaya pengiriman dengan pesawat itu sangat mahal. Tidak tahu siapakah yang menanggung biaya transportasi ini, Rusia atau Turki. Tapi itu menunjukkan penyerahan yang  sepertinya sanggat mendesak mengejar waktu. Padahal bisa juga melalui transportasi cepat via kapal laut, tapi itu tidak dilakukan.

Serangkaian peristiwa ini yang sungguh membuat cemas AS.
Hal ini bisa dilihat dari pernyataan Trump dengan menangguhkan kerjasama F-35, tetapi belum menutup pintu, dengan menyatakan jika Turki berubah membatalkan S-400, maka program kerjasama F-35 dengan Turki bisa kembali seperti semula.

Mentalitas macam apa yang tercermin dengan AS ini? Ini benar-benar memperlihatkan AS tidak berdaya. Sedang tindakan dengan cara menjatuhkan sanksi tampak juga sudah tidak ampuh lagi. Ini bisa kita lihat dengan sanksi kepada Iran yang tidak memiliki efek substantif.

Dari semula AS mengancam Turki jika membeli S-400 maka harus keluar dari program kerjasama F-35, dan kini S-400 telah tiba di Turki. Tapi masih juga belum dikeluarkan. Hanya menyatakan jika Turki berubah pikiran masih bisa kembali, yang seolah tindakan ini dianggap "masalah kecil". Ini benar-benar menjadi hal yang paling kusut bagi AS.

Pengamat melihat peristiwa ini akan berdampak fatal pada pengembangan seluruh senjata internasional AS. Sikap AS ini akan membuat banyak pihak tidak percaya AS, meskipun telah menginvestasikan banyak uang untuk program bersama AS, setelah berkembang AS mengusir anggota negara kerjasama tersebut pada saat kritis, ini sungguh dapat menghilang kreditbilitas AS. Maka dapat dikatakan ini menjadi point pertama, dimana "pedang bermata dua" AS tidak mudah digunakan.

Point kedua, seperti diketehui Turki memiliki F-16 relatif banyak. Sehingga bisa saja AS menghentikan atau melarang pengiriman suku cadang pesawat ini, yang akan berakibat kemampuan tempurnya berhenti. Namun tampaknya
Turki cukup cerdik, sudah memikirkan hal ini. Sehingga selama ini tielah membeli cukup banyak suku cadang F-16.

Point ketiga adalah sanksi ekonomi terhadap Turki, cara ini sudah biasa dilakukan AS. Tapi harus dilihat, jika AS benar-benar melakukan langkah ini, kemungkinan akan mendorong Turki sepenuhnya ke sisi Rusia.

AS jelas tidak menginginkan hal seperti ini terjadi, karena kemampuan tempur Turki di bawah kerangka NATO sendiri berada di peringkat kedua di samping AS.

Andaikata Turki ditendang keluar dari NATO yang merupakan kekuatan kedua, sedang Prancis dan Jerman kenyataannya belakangan ini sering tidak bisa diperintah dan dikontrol AS, sehingga siapa lagi yang dapat diperintahkan untuk melawan Rusia? Maka AS kini dalam dalam keadaan sulit.

Saat S-400 tiba di Turki, Israel juga telah menambah stok F-35,sehingga kini Israel menjadi negara terbesar kedua memiliki F-35 kecuali AS. Apakah ini ditujukan untuk menghadapi Turki?

Seperti ketahui dan apa yang telah penulis tulis dalam ( Jika Diserang AS, Iran Mengancam Umur Israel Hanya Setengah Jam, Mungkihah?   ) AU-Israel menjadi negara pertama yang mengguna F-35 dalam medan tempur sebenarnya di Suriah, kemudian setelah melakukan misi ini, ada pejabat tinggi berpose di depan F-35 untuk beriklan, dengan mengatakan misi operasi F-35 dapat mencakup seluruh Timteng termasuk Iran, jadi sekarang ujung tombaknya ditujukan ke Iran.

Turki adalah salah satu anggota NATO, jika Israel menggunakan F-35 untuk menyerang Turki, akibatnya pasti akan kacau balau. Maka dalam hal ini dapat diduga F-35 Israel tidak untuk menghadapi Turki. Hanya saja AS kini sengaja menggunakan tongkat besarnya untuk tidak memberi F-35 kepada Turki untuk menekan agar tidak melakukan pertukaran militer dengan Rusia. Trennya tampak menuju kesana.

Apakah Kemungkinan F-35 Israel akan bertemu dengan rudal S-400 di udara? Itu yang menjadi perhatian para pengamat Timteng.

Ini benar-benar seperti gambaran klasik, karena sekarang harus dikatakan apakah kita berdiri dalam perspektif alutsista yang berkabut atau dalam perspektif tata letak aktual, dunia pengamat militer tampaknya mengharapkan melihat konfrontasi seperti itu.

Dalam satu kerangka kerja NATO di satu kawasan salah satu anggota memiliki F-35, dan juga memiliki alutsista pertahanan udara buatan Rusia yang paling canggih S-400.

Jadi di masa depan, jika ada F-35 di negara tetangga lepas landas yang diasumsikan Israel, apakah datanya dapat disadap oleh pangkalan tedekat, akankah mereka memiliki data subset dari semua fitur-fiturnya yang akan menghasilkan data yang akan tersimpan dalam data basenya. Jika hal ini terjadi kemungkinan besar Rusia pasti akan mendapatkannya kelak. Hal ini yang menjadi sesuatu yang membuat AS tidak bisa tidur nyenyak.

Pada pokoknya hal ini akan menjadi gambaran dramatis.
Maka dari itu, pada kenyataannya, kedua pihak sebenarnya sama-sama tidak akan berani untuk coba-coba menantang satu sama lain. Andaikata F-35 mencoba dan tertembak jatuh S-400, maka reputasinya akan runtuh. Karena selama ini F-35 telah dijadikan "kartu truf" AS, dan menjadi topangan business alutsista AS di masa depan, dan menjadi pilar perbaikan perdagangan alusista udara baginya.

Demikian juga sebaliknya bagi S-400 Rusia, juga tidak akan dengan mudah mencobanya. Seandainya terjadi adegan dramatis F-35 tidak tercegat, maka primadona alutisista dangangannya yang sedang naik daun ini dan misterius ini akan sekejap "selesai".

Oleh karena itu, kedua belah pihak mungkin tergoda untuk melakukan trik dalam konfrontasi nyata pertama.

Turki Menjadi Direktur Umum dan Yunani Mengancam
Tanpa disadari, Turki telah menjadi direktur umum pertempuran teknologi militer ini. Sementara rudal pertahanan udara S-400 terus menekan hubungan AS-Turki, beberapa pihak berniat untuk memberikan Israel dengan teknik pembongkaran (cracking technique) S-300.

Setelah Rusia menyediakan sistem pertahanan udara S-400 ke Turki, justru kini giliran Yunani yang menghadapi tekanan baru dalam pertahanan udaranya terhadap Turki.

Media Rusia mengatakan bahwa Yunani telah memutuskan untuk memberi Israel informasi tentang kinerja operasional S-300. Stasiun udara Rusia mengatakan bahwa sistem pertahanan udara S-300 yang dimiliki Suriah mengharuskan Israel untuk bergantung pada pesawat terbang sipil sebagai berlindung ketika melancarkan serangan udara terhadap Suriah yang terjadi tahun lalu. Maka sekarang Israel bertekad untuk lebih jauh meminta bantuan ke Yunan. ( baca: Ternyata AS dan Israel Gentar Dengan S-300 dan S-400 )

Setelah insiden tertembak jatuhnya pesawat militer Rusia IL-20 oleh S-200 Suriah atas ulah Israel pada 17 September lalu. Maka Rusia menempatkan S-300 di Suriah. (baca:Bisnis Senjata dan Latar Belakang India Membeli S-400 Rusia-) 

Faktanya, sebagai anggota NATO, Yunani telah mengizinkan pesawat tempur Israel, AS, dan Inggris untuk melakukan latihan militer melawan sistem pertahanan udara S-300.

Yunani mengakuisisi sistem pertahanan udara S-300PMU1 buatan Rusia dari Siprus pada 2007. Sistem ini memainkan peran penting dalam jaringan pertahanan Yunani dan merupakan kekuatan utama melawan Angkatan Udara Turki

Menurut laporan itu, jika Yunani membantu Israel dalam sistem pertahanan udara S-300, itu benar-benar tidak masuk akal dan akan sangat mahal harganya.

Para ahli Rusia mengklaim bahwa Rusia memiliki pengaruh ekonomi yang cukup untuk menekan Yunani. Selain itu, jika Yunani berniat menantang Moskow, Rusia dapat menimbulkan lebih banyak masalah kepada Yunani.

Mengapa Yunani melakukan ini dan bagaimana Rusia akan menghadapinya? Dan mengapa S-400 tiba di Turki membuat Yunani cemas?

cyprus-conflict-turki-yunani-5d419d10097f366f3a35cac2.png
cyprus-conflict-turki-yunani-5d419d10097f366f3a35cac2.png
Sumber: www.youtube.com


Penyebabnya karena Turki merupakan musuh Yunani. Kita dapat melihat distribusi geografis yang sebenarnya. Turki dan Yunani dipisahkan oleh Laut Aegea, dan Turki dan Yunani masih dalam kondisi konflik tentang Siprus.

cyprus-location-5d419d52097f366a597238e2.png
cyprus-location-5d419d52097f366a597238e2.png
Jadi kita sekarang mengetahui mengapa Yunani akan berbuat demikian, karena ada asal usul masalahnya dengan Turki.

Pada saat tahun 1997, ketika Siprus memesan dan membeli S-300, peristiwanya terjadi seperti sekarang Turki memesan S-400, dimana terjadi "tsunami" besar di kawasan Laut Aegea ini.

Tapi yang paling semangat membeli S-400 sekarang adalah Turki.  Namun pada saat itu yang paling vokal menentang Siprus memiliki S-300 adalah Turki yang menuduhnya bisa menghancurkan keseimbangan kawasan ini.

Maka harus dikatakan negara-negara ini melakukan serangan balik terbesar dari perspektif keamanan mereka sendiri. Bahkan ketika Turki tidak menerima rencana mediasi yang diusulkan oleh AS saat itu, dimana diusulkan untuk membagi zona larangan terbang di atas Siprus.

Tetapi Turki terus mengabaikan zona larangan terbang di atas udara Siprus, maka akhirnya pada 2007 diadakan pesanan S-300. Namun sepuluh tahun kemudian pesanan di transfer ke Yunani.

Itu merupakan peristiwa yang terjadi pada waktu itu, kini tampaknya Yunani ingin membalas tindakan Turki dahulu, dengan membagi data operasional S-300 dengan Israel, karena pasti akan membuat Turki gusar atau menjadi urgensinya.

Namun perlu diketahui, jika hal ini terjadi dipastikan keadaannya akan lebih membuat ruwet di kawasan ini.

Sedang Israel akan sangat gembira sekali jika mendapatkan data operasional S-300 dari Yunani, karena pada misi yang lalu di Suriah mereka harus berlindung dibelakang IL-20 ketika menyerang Suriah dan ketika diserang dengan S-200 pada 17 September tahun lalu.

Lebih-lebih dengan terjadinya di tembak jatuhnya "Global Hawk" AS oleh rudal Iran "Khordad-3" bukan dengan rudal canggih S-300, sedang sekarang Israel sedang konflik sengit dengan Iran, maka data operasional S-300 jelas sangat dibutuhkan Israel.

Sedang kekuatan utama pesawat AU-Israel kini adalah F-35, tetapi memiliki jumlah banyak F-16, F-15 pesawat ini tidak bersifat siluman, mereka butuh sekali mengetahui apakah pesawat-pesawat ini bisa ditembak jatuh S-300. Jadi jika Israel bisa mendapatkan data kelemahan dari S-300, maka akan lebih aman bagi pesawat mereka.

Data-data S-300 sangat dibutuhkan Israel, karena Iran dan Suriah memiliki S-300. Sehingga jika terjadi konflik militer langsung maka dapat mengurangi korban mereka.

Reaksi Rusian Terhadap Yunani

Jelas Rusia mengancam menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Yunani, jika hal ini dilakukan. Selain itu Rusia jelas bisa melaku tindakan lain yang lebih dahsyat terhadap Yunani.

Perlu juga dipahami dalam bisnis alutsista, tindakan seperti yang akan dilakukan Yunani kepada Israel adalah suatu yang "tabu" demikian juga dengan Turki yang mendapatkan S-400. Turki tidak boleh memberikan data --data tentang S-400 ke pada NATO meskipun sebagai anggota NATO. Demikian juga kepada Trump, Turki akan mengatakan tidak akan melepaskan data F-35 kepada Rusia atau pihak lawan NATO dan AS.

Karena jika hal ini dilakukan maka kreditibiltas negaranya akan hancur di mata masyarakat internasional, bukan saja kepada NATO, AS dan Rusia. Sudah tidak bisa dipercaya lagi oleh siapapun.

Yunani juga ikut serta dalam latihan militer dengan NATO. Tapi semua ini berada dekat dengan jangkauan Rusia. Perlu diketahui bahwa Rusia memiliki sub-armada di Laut Mediterania, Laut Hitam, sehingga wilayah udaranya berdekatan.

Jadi jika Yunani melakukan dengan membuka data operasional kepada Israel, maka negara lain juga akan tidak terlalu berani menyediakan alutsista canggih kepadanya kelak.

Perlombaan Penempatan Alutsista Canggih Rusia dan AS

Ketika rudal anti-pesawat Rusia banyak yang berada di Timteng, rudal pertahanan udara baru AS juga telah diluncurkan.

Menurut laporan, Kementerian Dalam Negeri Qatar mengeluarkan pernyataan pada 14 Juli bahwa Pangkalan Angkatan Laut Qatar, pangkalan angkatan laut terbesar di Qatar, telah selesai dan secara resmi dibuka pada hari yang sama.

Dalam pernyataan itu dikatakan, pangkalan AL yang baru Al Daayen ini terletak 30 kilometer dari ibukota Doha di tengah-tengah pantai timur Qatar. Pangkalan tersebut meliputi area seluas 639.800 meter persegi, termasuk pelabuhan militer sedalam 6 meter yang dilengkapi dengan pesawat pengintai, sistem identifikasi elektronik, speedboat, dan sistem dukungan teknis lainnya.

Apakah di masa depan pangkalan angkatan laut Al Daayen akan menjadi titik pendaratan laut penting lainnya bagi militer AS di Teluk Persia masih belum diketahui.

Selain kerja sama AS dengan Qatar di Qatar, Raytheon, salah satu pemasok senjata terbesar AS, mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani dua kontrak penjualan senjata dengan Qatar untuk meningkatkan kemampuan pertahanan rudal udara komprehensif Qatar.

Menurut laporan itu, total nilai kontrak kedua pihak adalah $ 2,2 miliar, termasuk sistem rudal udara-ke-udara canggih, rudal udara-ke-udara jarak menengah, dan sejumlah subsistem rudal "Patriot" yang tidak disebutkan jumlahnya.

Jadi bagaimana Rusia dan Iran akan melihat catur AS di Timur Tengah?

Sebenarnya, Qatar awalnya ingin membeli S-400 Rusia. Kali ini berbalik untuk membeli rudal pertahanan udara tipe baru dari AS. Dari sini kita dapat melihat betapa persaingan bisnis alutsista canggih di Temteng begitu gencar sekali.

Ini merupakan pertanda bahwa negara-negara di kawasan Timur Tengah sebenarnya lebih banyak menginginkan untuk permintaan pertahanan independen, namun tekadnya tidak cukup besar, dan lebih banyak dipengaruhi oleh AS. Sebagai contoh, Turki dapat melakukan ini karena mereka memiliki pertahanan independennya sendiri, sehingga mereka berani melakukan seperti sekarang ini dengan melakukan pengadaan alutsista dari Rusia.

Jadi Truki tidak ingin terancam oleh negara besar mana pun, ini adalah titik yang sangat independen dari Turki. Bahkan jika dibatalkan pesanan F-35 oleh AS, maka akan beralih membeli Su-57 Rusia (akan penulis bahas pada tulisan yang berikutnya).

Namun kita ketahui Qatar adalah satu negara di Timteng yang telah lama membeli alutsista AS, mereka telah memiliki sistem pertahanan rudal yang disebut Sistem Pertahanan Rudal Timteng yang dibangun AS selama bertahun-tahun, seluruh negara-negara Dewan Kerjasama Teluk telah bergabung dengan sistem ini. Jadi tidak heran semua bisa dikuasai dan dikontrol AS. Mereka tidak bisa seperti Turki yang bisa dikelurkan dari kerangka kerjasama.

Selain itu Qatar adalah negara yang kekuatan militernya sangat lemah, jadi cara untuk melindungi diri adalah mendengarkan apa kata-kata AS untuk bertahan hidup. Ini adalah kenyataan yang kita lihat sekarang.

Hubungan dengan Iran dan Truki baik. Saat terjadi konflik diplomatik dengan Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya dulu, juga banyak dibantu Iran dan Turki.

Turki sebenarnya hubungannya dengan Iran baik. Turki sebenarnya selama ini diam-diam membantu Iran untuk menjual minyak Iran, dan kemudian menggunakan sistem perhitungan masa lalunya dengan Iran dengan dolar AS. Di masa lalu, mereka benar-benar melakukan hal ini, jadi sekarang, misalnya, Qatar, jika AS tidak menariknya, mereka memiliki dua pangkalan penting AS. Tentu saja, kali ini termasuk juga pangkalan angkatan laut Al Daayen terbaru yang sedang dibangun.

Dari awal bulan tahun ini, ketika Pompeo mengunjungi Qatar, kedua belah pihak telah sepakat untuk mengekspansi lebih luas untuk pangkalan ini , sejak itu pengamat telah melihat pangkalan ini akan memainkan peran penting. Dan kini akan menjadi satu titik untuk menekan Iran. Sehingga tidak mengherankan jika AS akan memberi banyak bantuan dan previlage untuk Qatar.

Pada bulan Juni lalu, AS telah memberi Qatar 70 lebih Helikopter senilai kurang lebih 54 juta USD. Kita belum mengetahui pertukaran apa yang dimainkan dalam transaksi tersebut.

Apa arti penting pangkalan angkatan laut baru ini bagi AS di Timur Tengah?

Lokasi ini, lebih dekat ke Iran, sedang Komando Armada Ke-5 AS ada di Bahrain, tetapi relatif ramping dan jauh, jadi diperlukan membentuk konfrontasi yang sangat dekat dengan Iran, tetapi kekuatannya harus lebih menjauh. Di luar Teluk Persia di pinggir Teluk Oman sudah memiliki dua pelabuhan dan pembicaran dengan Oman sudah baik.

Namun untuk memberi kesan bahwa AS berani memasuki Teluk Persia maka perlu melakukan trade--off. Seolah Armada ke-5 berani bergerak maju, dengan menggunakan pangkalan Qatar ini, yang jaraknya dengan Iran paling dekat.

Jadi AS jika akan maju selalu melakukannya setapak demi setapak seperti naik tangga dengan berada di Qatar yang hanya menempatkan kapal pengintai besar yang tujuannya ingin memberi tekanan kepada Iran.

Cara-cara demikian sebenarnya telah lama selalu dilakukan AS. Namun di masa lalu tidak memiliki pelabuhan suksesi.

Kekalutan Timteng Sekarang

Di Timteng kini telah deigelar S-400, S-300 dan ditambah rudal udara baru AS, tampaknya langit biru Timteng sedang diintai krisis. Situasi tampaknya benar-benar akan lebih rumit dari sebelumnya, karena ditambah dengan jet-jet tempur canggih terkini. Sehingga terjadi alutsista offensif dan defensif canggih bersamaan berada di kawasan tersebut.

Jadi perkembangan di masa depan kawasan ini akan begaimana? Alutsista ini hanya bisa diuji keunggulanannya dalam situasi pertempuran aktual yang mungkin terjadi dengan tidak sengaja.

Di sisi lain ini menunjukkan AS berkompetisi dengan Rusia di seluruh kawasan ini yang tidak bisa dihindari untuk berebut pengaruh geopolitik di kawasan ini.

Dari straegi AS saat ini, yang didasarkan atas "taktik keroyokan a la srigala" harus bersatu dengan kekuatan sekutu-sekutunya untuk bisa mengumpulkan banyak pasukan yang dapat dikontrolnya untuk mencapai tujuannya menyerang: Iran, kekuatan kerangka kerja Rusia di Suriah, termasuk Turki umtuk merebut posisi geopolitik.

Sedang Rusia menjalankan startegi mengotrol titik-titik penting, misalnya dengan terbuka mendukung Iran, Suriah dan Turki. Dan ternyata taktik ini membawa keuntungan besar, dengan taktik titik per titik ini dapat mengurai kekekuatan "taktik keroyokan a la srigala"

Apa yang telah kita lihat sekarang adalah bahwa permainan strategis antara kedua belah pihak dilaksanakan di bidang militer, dan inilah situasinya.

Oleh karena itu, di masa depan, masing-masing pihak akan terus merekrut dan merekrut kawan. Sehingga dikhawatirkan di masa depan akan bermunculan alutsista yang lebih maju dan canggih yang terus berlomba bermunculan di kawasan ini.

Jadi harus dikatakan sebagai proses yang dinamis, dan konfrontasi ini tidak ada habisnya yang akan membawa rakyat Timteng ke arah kesengasaraan dan membuang percuma potensi kesejahteraan dari kekayaan SDAnya......

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun