Ribuan kunang melesat-lesat melintasi pandangan. Serupa sinar redup dalam temaram malam. Tak henti. Seakan tak hendak pergi. Serupa bintang-bintang di langit mendung berawan. Tak guna tanganku menghalau. Membuat kian berpendar kelopak memandang.
Sepi, mengapa dengan suara. Telingaku seperti tertutup tabir, tak ada derap kaki, tak terdengar raungan sang pengendara malam. Mana detak jam di dinding atas jendela, mana derik jangkrik yang biasa sibuk bercerita. Ini adalah saatnya cicak malam bercericit mencari mangsa. Kemana semua suara.
Hanya satu sentuhan sedikit dapat kurasa, mengelus bahu coba bangkitkan rasa. Owh, pembaringan ini dinginnya kian menghangat. Baru kurasa betapa letih raga ini. Disaat genggaman yang kian erat, kelopak tak lagi mampu menahan penat.
Sayang, aku ngantuk. Mari kita tidur.
Tangerang, September 2018