Mohon tunggu...
MN Aba Nuen
MN Aba Nuen Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pengajar pelosok yang jatuh cinta pada quotation "menulisalah, agar engkau dicatat peradaban," Surel:noyatokan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencermati Gaya Komunikasi VBL yang Artikulatif

14 Januari 2019   12:03 Diperbarui: 14 Januari 2019   12:08 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: kupang.tribunnews.com

Sebagai orang awam, serentetan pernyataan lain berikut menarik untuk dikaji dari perspektif discourse analysis. Pertama, masih pada Oktober 2018, ketika menyikapi aspirasi para guru honorer terkait kejelasan nasib mereka, Pak Gubernur  justru merespon dengan tawaran kepada para guru honor untuk beralih profesi menjadi wirausahawan. 

Respond VBL itu memang solutif, tapi nilai maknanya seperti sedang membuka pintu keluar bagi guru-guru honor untuk tak lagi menggantungkan hidup di bidang pendidikan. Menjadi wirausahawan itu impian, tetapi ia butuh skill yang kompleks, pengalaman dan terutama modal usaha. Sesuatu yang sulit dipenuhi para guru honor dengan latar belakang sarjana pendidikan.

Kedua, statemen terkait wacana menaikan tarif masuk Taman Nasional Komodo di Manggarai Barat. "Sesuatu yang unik ini tidak lagi punya harga, sehingga ke depan, saya akan bicara dengan pemerintah pusat untuk kita tutup. 

Kita akan buat syarat, kalau masuk ke situ minimal harus bayar 500 dollar Amerika, kata VBL dalam dialog dengan civitas akademika dan pimpinan perguruan tinggi se-daratan Timor, Alor dan Rote Ndao, Nopember 2018. Dalam bisnis pariwisata, isu tarif termasuk sensitif. 

Kalangan pelaku wisata merasakan dampak secara langsung pernyataan itu. Para tour guide, travel agent, pengelola hotel, masyarakat Manggarai Barat, semuanya cemas. Jika wacana itu berpengaruh pada misalnya pembatalan paket wisata oleh para tourist, ancaman kerugian pasti menerpa. 

Pada kesempatan lain, gubernur juga mengeluarkan pernyataan, bahwa dirinya tidak akan mengizinkan pembangunan hotel kelas melati di Labuan Bajo. Secara substansi, pernyatan demikian akan lebih valid jika didukung dengan riset sebagai dasarnya.  

Ketiga, gubernur VBL juga menyatakan niatnya untuk mencabut larangan produksi minuman keras beralkohol di NTT. Pernyataan ini disampaikan ketika memberikan kuliah umum di Universitas Nusa Cendana Kupang Desember 2018. Ini juga kontroversial. 

Akan lebih baik jika pernyataan ini didahului studi, berapa banyak keluarga di pelosok NTT yang memproduksi Arak, Moke, Sopi dan lainnya. Studi juga mencakup tata kelola jual beli, terutama untuk melindungi anak-anak.  Statement itu kemudian mendorong aksi demonstrasi oleh mahasiswa Universitas Muhamadiyah Kupang di kantor DPRD NTT. 

Keempat, gubernur juga menyoroti eksistensi dan kontribusi pemuda NTT. Ia menyatakan, akan "membuang" pemuda NTT yang malas ke laut. Pernyataan ini merujuk pada kebiasaan pemuda yang suka tidur lebih dari lima jam sehari. "Kalau saya temukan pemuda malas, saya akan lipat dia sampai ke laut" katanya. 

Jika dimaknai secara bebas, ini pernyataan intimidatif. Hemat saya, pernyataaan ini bernuansa metafor. Kalau saja pemilihan diksinya lebih halus, itu akan sangat membantu memahami motivasi Pak Gubernur. 

Kelima, yang terbaru, terkait pentingnya peran humas dalam struktur pemerintahan. Menurut VBL, peran staf humas di pemerintahan Provinsi NTT lemah, karena otaknya pas-pasan dan tidak bergaul. Hal ini disampaikan VBL ketika berkunjung ke Kabupaten Manggarai, Januari 2019. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun