Mohon tunggu...
Lukman Yulianto
Lukman Yulianto Mohon Tunggu... Freelancer - LPPL BATIK TV PEKALONGAN

Kenali saya lewat apa yang saya tulis

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Beli Jajan Bayar Pakai Kereweng, Kok Bisa?

20 Oktober 2019   12:17 Diperbarui: 22 Oktober 2019   12:26 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada zaman dulu sebelum mengenal uang, orang-orang melakuan transkasi denga cara barter atau tukar menukar yang biasanya dalam bentuk barang. Orang mau menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang lain yang dibutuhkan. 

Seiring berjalannya waktu muncul benda-benda yang selalu dipakai dalam penukaran, benda-benda yang digunakan sebagai alat tukar ialah benda yang dapat diterima oleh umum. Dulu, orang romawi menggunakan garam sebagi alat tukar maupaun pembayaran. Kemudian muncul benda-benda lainnya yang digunakan sebagai alat tukar.

Di zaman sekarang, alat tukar dan alat pembayaran yang digunakan adalah uang, baik itu uang kertas maupun logam. Tapi berbeda disini, ditempat ini orang-orang bertansaksi menggunakan kreweng sebagai alat pembayarannya. Kok bisa? sebelum menjelaskan lebih jauh, terlebih dahulu penulis akan menceritakan tentang tempat ini. 

Namanya Minggon Jatinan, berlokasi di Hutan Kota Rajawali kabupaten Batang. Apa itu Minggon Jatinan?

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Minggon Jatinan merupakan tempat wisata kuliner, anak milenieal biasa mnyebutnya dengan food festival. dinamakan Minggon Jatinan karena berlokasi di Hutan Kota Rawali (HKR) Kab Batang, yang mana disitu banyak pepohonan menjulang tinngi layaknya pohon jati dan hanya ada pada hari minggu saja. 

Minggon Jatinan dikemas dengan nuansa jadoel. Anda bisa bernostalgia dengan aneka jajan tradisional seperti kue leker, serabi, bubur candil, rambut nenek, gulali, rujak, es cendol, dan masih banyak lagi.

Setiap jajan tradisional dibungkus dengan daun pisang, karena ramah lingkungan. tidak hanya itu, penggunaan daun pisang juga dapat mengurangi sampah plastik yang sulit diurai. 

Di samping itu, penjual berpakaian tradisional sehingga nuansa tempo doeloe terasa kental. Namun tidak meninggalkan nilai islami, terbukti semua penjual wanita mengenakan hijab.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Yang membuat menarik dari minggon jatinan adalah alat tukar atau alat pembayaran nya menggunakan kereweng, hal ini tentu menambah kesan tempo doeloe. Sebelum membeli makanan ataupun minuman, pengunjung harus menukarkan uang dalam bentuk kereweng terlebih dahulu karena disitu tidak menerima pembayaran dengan uang cash.

Satu kereweng setara dengan uang dua ribu rupiah.

Untuk menukarnya, bisa dilakukan ditempat kasir. Harga kuliner di Minggon Jatinan bervariasi, mulai dari 1 kereweng pengunjung bisa menikmati salah satu kuliner yang tersedia. Penggunaan kereweng disesuaikan harga menu makananya.

Kasir | Dok. pribadi
Kasir | Dok. pribadi
Kereweng | Dok. pribadi
Kereweng | Dok. pribadi

Menu makanan | Dok. pribadi
Menu makanan | Dok. pribadi
Adanya Minggon Jatinan, bisa menggerakan roda perekonomian kab Batang. Tidak hanya itu saja, minggon jatinan juga bisa memajukan UMKM setempat. Dimana puluhan UMKM telah berpartisipasi didalamnya. Disamping itu juga bisa membuka lowongan kerja baru sehingga menekan angka pengangguran di kab Batang.

Minggon Jatinan sudah sesuai aturan, jika dikaitkan dengan konsep ekonomi islam. Dikatakan sesuai karena menggunakan sistem bagi hasil, dimana sistem inilah yang paling menonjol dalam ekonomi islam.

"Penghasilannya dibagi mas, semisal kita dapat untung 100 ribu, 15% untuk biaya kepengurusan disini terus juga dikenakan biaya buat nyuci peralatan dagang 10 ribu.  sisanya buat kita sendiri"  Ujar Dewi, salah satu penjual di Minggon Jatinan.

Disusun oleh :

Lukman Yulianto (201901030023)
Khofidhotun Khasanah (201901030011)
Yanalil Amalia (201901030017)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun