Akhirnya tanggal dua puluh dua, tanggal yang sudah saya agendakan khusus untuk tetap bertahan di Semarang , maklum hari Sabtu biasanya kesempatan untuk pulang ke Temanggung. Ya, sudah sejak awal bulan salah satu kompasianer yang saya idolakan akan mendarat di Indonesia. Seorang diaspora Jerman, siapa lagi kalau bukan Mbak Gaganawati Stegmann. Yeaah, kopdaran di Semarang, asyik-asyik!
Sebelum ke Semarang, Mbak Gana – sapaan akrabnya- sempat mengadakan bedah buku 38 Wanita Indonesia Bisa di Kantor Kompasiana Jakarta. Buku yang juga berhasil membuat saya makin tertarik dengan sosoknya sampai mencari kesana-kemari namun nihil,tidak ketemu. Hingga suatu hari saya mengirimkan inbox di kompasiana dan mendapat respon hangat. Dari inbox itulah saya mendapatkan buku 38 Wanita Indonesia Bisa dan berlanjut pada hubungan yang lebih akrab lagi sampai hari ini.
Pertemuan Pertama di Gramedia
Kemarin Sabtu tepat tanggal dua puluh dua, Mbak Gana mengadakan acara bedah buku di Gramedia Pandanaran Semarang. Bedah buku yang bukan hanya akan mempertemukan saya dan Mbak Gana saja. Namun juga bertemu langsung dengan Bapak Budi Maryono (penulis buku Bertahan di Ujung Pointe) dan Mbak Jetty Maika (penari balet yang diceritakan dalam buku tersebut). Oya, ditambah bertemu dengan kompasianer yang juga mendaftar acara itu tentunya. Serunya berlapis lapis!
Pukul 14.08, saya sampai di Gramedia dan langsung menuju lantai dua. Sambil sedikit ngos-ngosan saya menyapu pandangan.Di tengah ruangan, kursi-kursi sudah di tata rapi. Dan acara, Alhamdulilah..ternyata belum mulai. Tidak jadi telat deh. Setelah clingak-clinguk sendirian, saya menemukan kursi kosong... di deretan depan. “Duh, kenapa yang kosong depan?”. Jujur agak gimana gitu , karena agak wagu tiba-tiba datang kemudian langsung duduk di antara orang-orang yang belum saya pahami siapa ini dan siapa itu.
Hingga datanglah suara menggema di ruangan, suara penyelamat saya dari hola-holo. “Bagi yang sudah mendaftar, silakan melakukan registrasi ulang di meja dekat akuarium”, begitu kalau tidak salah dengar. Tetapi anehnya, saya tidak langsung menuju ke meja tersebut. Tiba-tiba sebuah pertanyaan menghampiri pikiraan. “Daftar acara apa yah?”. Saya jadi berpikir lagi.”Ya iyalah acara bedah buku..”,kata hati kecil saya memantapkan. Hihi. Setelah itu, saya pun memutuskan untuk melangkahkan kaki ke meja dekat akuarium.
Dari radius 3 meteran saya mulai menduga-duga, apakah benar wanita yang mengenakan rok itu mbak Gana?. Saya makin dekat, dan makin mantap untuk menyapanya. “Mbaaaak Ganaa!!!”. Kemudian Mbak Gana menoleh dan... “Eh Listhiaaaa”. Pertemuan pertama kamipun sempurna terjadi. Ritual cipika cipiki pun kami lakukan, dan Mbak Gana langsung mengarahkan saya dan Ibu (lupa namanya, tetapi kompasianer juga) untuk duduk diantara barisan kompasianer yang sudah dari tadi disana. Yee..hola holonya berakhir juga.
Ternyata beberapa kompasianer sudah duduk manis sejak tadi (sejak saya hola-holo sendirian,mungkin). Beberapa kompasianer yang saya temui disana adalah Ibu Sri Subekti, Bu Ida, Bunda Selsa dan juga Pak Wang Edy. Dan seperti biasa, pertemuan selalu berhasil membawa saya pada hal-hal yang menyenangkan dan menarik. Pokoknya semenjak di Kompasiana, saya jadi ketagihan untuk kopdar!kayak ada seru-serunya gitu.

Bedah Buku dan Penampilan Para “Barbie”
Tidak lama setelah saya menempatkan duduk di deretan depan (yang sempat saya ragukan untuk bisa duduk disana), acara pun dibuka dengan tarian balet yang dibawakan oleh anak-anak kecil. Unyu dan imut.

Bermula dari ketertarikan anak-anak Mbak Gana dalam mempelajari balet, memberikan ide kepadanya untuk membuat buku tentang tarian klasik ini. Dari obrolan kemarin, ternyata mbak Jetty bukanlah satu-satunya yang beliau hubungi untuk ditulis ceritanya menjadi buku. Melainkan Mbak Gana juga nembungi sepuluh penari balet di Indonesia dan ndilalah yang menjawab hanya Mbak Jetty saja.