Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fabel - Elang dan Murai [Bagian 3]

28 Desember 2018   09:47 Diperbarui: 28 Desember 2018   09:58 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi menyapa dengan hangatnya sinar matahari. Mona pun memulai aktivitas pagi dengan mencari makanan di tempat tinggal barunya. Sangat berlimpah, membuat Mona semakin semangat memakannya.

Sementara Moni hanya tetap terduduk di atas dahan yang agak nyaman dengan kakinya yang masih terluka. Mona masih kecewa dengan sikap Moni terhadap Eshal. Dan berniat ingin memberi pelajaran kepada Moni dengan tidak memberinya makanan dan minuman.

Lalu, Moni yang sudah merasa lapar pun berusaha memanggil Mona. Namun Mona pura-pura tidak mendengar, dan tetap asyik dengan makanan yang berlimpah di hadapannya saat ini.

"Mona! Aku lapar! Cepat Mona, kemarilah!" Teriak Moni dengan air mata yang hampir menetes di pipinya.

Mona tetap pura-pura tidak mendengar, dan sudah bertekad untuk memberi pelajaran kepada Moni. Moni yang merasa tidak dihiraukan pun nekat untuk terbang menyusul Mona. Tetapi sayang, Moni tidak bisa mendarat dengan sempurna. Kaki Moni tergelincir, dan dengan susah payah mempertahankan tubuhnya supaya tidak terjatuh. Moni kesakitan. Tetapi, Mona tetap diam membisu.

"Mona, kamu tidak peduli terhadapku yang sudah lapar ini ya?" Tanya Moni ketika sudah berada di samping Mona.

Mona masih terdiam. Berpura-pura sibuk dengan makanan yang sudah ada di hadapannya.

"Mona! Kamu dengar tidak!" Teriak Moni kembali.

"Kenapa kamu teriak begitu, Moni?" Tanya Mona dengan muka yang tidak memandang Moni.

"Aku sudah lapar. Tapi kamu tidak memperdulikan aku yang sedang sakit!"

"Untuk apa? Bukannya kamu sudah bisa hidup sendiri tanpa bantuan yang lainnya?" Lanjut Mona dengan pertanyaan yang menyingung.

"Eshal? Kamu marah karena Eshal? Kenapa kamu lebih membela Eshal?" Tanya Moni penuh keraguan.

"Karena Eshal baik," jawab Mona tegas.

Moni murung karena tidak suka dengan jawaban Mona yang tetap membela Eshal daripada saudara kembarnya sendiri.

"Mona, Eshal itu jahat. Dia akan membodohi kita!" Kata Moni tetap dengan pendiriannya.

"Mana buktinya? Bukti kalau Eshal jahat?"

"Aku tidak punya bukti. Tapi aku yakin Eshal jahat!" Jawab Moni dengan nada yang keras.

"Selama ini Eshal baik terhadap kita. Dan perlu kamu ingat! Eshal sudah menyelamatkan kita dari amukan puting beliung!" Kata Mona berusaha menyadarkan Moni atas kebaikan Eshal.

Moni tetap pada pendiriannya. Keras kepala dan merasa apa yang dilakukan adalah benar.

"Ya sudah, Moni! Aku mau buat sarang untuk kita tidur. Kalau kamu lapar, cari makanan sendiri. Di sini banyak makanan," kata Mona sambil terbang berlalu meninggalkan Moni.

Dengan kesal Moni pun berusaha mencari makanan sendiri. Kakinya semakin ngilu dan perih. Lalu, Moni pun akhirnya menangis dan Mona mengetahuinya tetapi tetap diam dan melanjutkan membuat sarang.

Walaupun cuek dan nampak acuh, tetapi sebenarnya Mona tetap memperhatikan Moni. Jika Moni dalam bahaya atau tidak sanggup lagi bertahan untuk mencari makan sendiri, maka Mona pun akan siap menolong.

Tiba-tiba saat sedang membuat sarang, Mona merasakan teduh tepat di atas kepalanya. Dan ternyata, Eshal sedang bertengger di dahan teratas tempat Mona membuat sarang. Tubuh Eshal yang gagah dan besar, menghalangi sinar matahari yang mulai panas menyengat.

"Eshal, dari mana kamu?" Tanya Mona dengan senyumnya yang sumringah.

"Dari rumah. Hendak menengokmu dan Moni. Oh iya, di mana Moni?"

"Itu, di pohon seberang sana. Aku biarkan Moni mencari makan sendiri," jawab Mona sambil menunjukkan di mana Moni berada.

"Bukankah Moni sedang sakit?" Tanya Eshal untuk memastikan jika Moni memang belum sembuh total.

"Iya...! Biarkan saja. Aku ingin memberi pelajaran kepadanya," kata Mona dengan jujur.

"Kamu jangan begitu, Mona!" Kata Eshal yang sebenarnya juga khawatir dengan keadaan Moni.

Mona diam sejenak untuk tidak menjawab pertanyaan Eshal. Lalu Mona merapikan dedaunan kering yang hendak dibuatnya sebagai sarang.

"Aku tetap mengawasinya dari sini. Percayalah, Moni akan baik-baik saja. Jika Moni tetap manja, otot kakinya tidak akan berlatih. Dan itu akan menghambat proses penyembuhan," jawab Mona kemudian.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan membantumu membuat sarang yang lebih besar. Supaya kalian bisa istirahat dengan nyaman dan leluasa," Eshal pun akhirnya menawarkan bantuan kepada Moni.

"Apakah itu tidak merepotkanmu, Eshal?" Tanya Mona

"Tentu tidak! Aku akan merasa senang jika aku bisa membantumu," jawab Eshal dengan senyum ramahnya.

Eshal lalu terbang tinggi untuk mencari dedaunan terbaik yang akan digunakan untuk membuat sarang tempat istirahat Mona dan Moni. Sementara Moni masih bersusah payah mencari makanan sendiri sambil menahan sakit di kaki.

Bersambung... 

Ditulis oleh Lina WH

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun