Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kali Asin, Ndas Manyung Panggang, Rob, dan Isu Lingkungan

8 Februari 2019   05:00 Diperbarui: 17 Februari 2019   15:49 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumur yang kemasukan air rob (Masyitoh)

Terdapat beberapa orang yang memproses ikan panggang. Saya bertemu dengan beberapa ibu-ibu dan satu bapak saja. Nampaknya proses pemanggangan ikan didominasi oleh pekerja perempuan. 

Usaha ini berbasis rumah tangga. Jadi satu keluarga mengelola usaha. Pekerjanya adalah ayah, ibu dan anak. Ada beberapa unit usaha yang memiliki tenaga kerja. Tetapi jumlahnya tidak banyak. 

Ketika kami datang pagi itu, tidak banyak unit pemanggangan yang sudah memulai kerjanya. Saya bertemu dengan 3 rumah pemanggangan yang telah beraktivitas.

Bahan bahan ikan dibeli dari nelayan dengan harga sekitar Rp 6.000 sampai dengan Rp 10.000,0 per kilo, tergantung ukuran. 

Saya melihat terdapat ibu ibu memisahkan kepala Manyung dan memotong ikan Ibu ibu membersihkan isi perut dari ikan dan mencucinya. Ikan dipotong dan direndam dalam air yang telah diberi tawas. Ikan ikan ditusuk lidi untuk kemudian ditata untuk dijemur di atas para para terbuat dari ram kawat atau gedek yang jarang jarang. Air menetes dari ram atau gedeg itu.

Pari jadi beberapa bagian lalu menjemurnya Setelah agak kering, ikan ikan tersebut dipanggang di atas tungku dengan menggunakan kulit dan sabut kelapa sebagai bahan bakar.

Saya saksikan asap mengepul sangat pekat di atas tungku. Ibu muda yang memanggang berkali kali menutup matanya agar tidak pedas. Ibu tersebut membolak balik ikan yang dipanggang, atau tepatnya diasapi, agar tidak gosong oleh api yang menyala dari sabut kelapa. 

Sekitar 20 menit ikan diasapi. Bau yang cukup tajam ada di sekeliling tempat pemanggangan. Sementara itu, bau air buangan ikan bercampur dengan bau asap. 

Ibu muda yang memanggang berkali kali menutup matanya agar tidak pedas (dokumentasi pribadi)
Ibu muda yang memanggang berkali kali menutup matanya agar tidak pedas (dokumentasi pribadi)
Saya lihat seorang Bapak mengatur nyala api dan mengambil arang kulit kelapa hasil pembakaran atau pemanggangan untuk dibungkus dan dijual.

Sang Bapak Membersihkan Arang (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Sang Bapak Membersihkan Arang (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Selanjutnya ikan yang telah diasapi ditata dalam boks, keranjang atau kotak kayu ataupun kotak plastik untuk dipasarkan ke pasar besar maupun ke warung warung dengan diantar oleh becak bermotor. Ikan panggang dikirim ke Pasar Johar, Pasar Bulu, dan beberapa pasar lainnya.

Menata panggang ikan ke dalam box (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Menata panggang ikan ke dalam box (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Badan dan rambut saya bau asap ikan. Tepatnya bau ikan asap Manyung. Sementara sepatu pun penuh tanah lumpur Rob. Terpaksa saya mampir ke super market membeli sandal. Sepatu terpaksa "dilarung". Bau sekali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun