Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Titian Tempat Kita Beradu Pandang

2 Oktober 2018   14:12 Diperbarui: 3 Oktober 2018   20:49 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan goyang itu masih mengenalku ( dok.pribadi)

Gerimis petang itu bagai kilau salju mengiring langkahmu. Titian kayu bergoyang yang membuatmu gemetar. Di sini, pertama kali kita beradu pandang. Desir air sungai terekam nyata di hati. Di delapan penjuru pegunungan membingkai melingkar.

Engkau melirik,kerlingku mengikut. Buku apa yang kamu pegang erat kala itu. Aku hanya menduga itu sebuah novel.

"Boleh nanya, inikah jembatan ke dusun kampung pasir?"

Anggukan wajah manismu santun meski bibirmu mengatup. Tapi kerling mata itu telah mewakili ucap katamu yang tertunda. Jerit kecilmu penanda takutmu saat titian senggol bergoyang. Jemari manismu memcengkeram erat kabel besi pengaman di dua sisi. Rambut legammu melambai disisir bayu petang.

Dan buku saku di tanganmu jatuh ke lantai titian yang keropos. Kamu tersenyum jenaka bukumu kupungut lalu kuberikan padamu. Nafas Perempuan dari Motinggo Busye.

"Mauliate...", ucapmu sangat perlahan nyaris ditelan gemerisik air di bawah jembatan.

*

- Mau kemana

+ Ke kota...

- Sendiri?

- Yalah. Kan saya lagi sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun