Mohon tunggu...
Laura Ariestiyanty
Laura Ariestiyanty Mohon Tunggu... profesional -

Writer, Content Editor\r\n(www.laurakhalida.com\r\n@laurakhalida)\r\ndan Media Relations www.irmarahayu.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pengalaman Mengurus Visa USA

24 September 2014   18:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:41 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1411534692124269460

[caption id="attachment_361301" align="aligncenter" width="537" caption="www.etsairportshuttle.com"][/caption]

Selama ini saya sering mendengar betapa arogannya pihak kedutaan Amerika dalam hal pengurusan visa. Sebab-sebab ditolak yang katanya akibat nama yang terlalu Islami, penampilan terlalu Islami (misalnya jilbab lebar atau jenggot), atau jumlah saldo rekening yang kurang, perlakuan staf kedutaan yang jutek, dan segala macam.

Memang Amerika bukanlah impian terbesar saya. Gara-gara sejak kecil dicekoki novel-novelnya Enid Blython, saya ngimpi dan ngayal pengen ke Inggris. Tapi bukannya nggak mau ke Amerika, loh. Kalau ada peluang kenapa nggak? Meski nggak pede apakah visa bakal di-approved karena berbagai hal.

Hingga tiba masanya, datang undangan tampil untuk Coach saya, Teh Irma (www.irmarahayu.com) di New York, Amerika. Undangan dari Imam Shamsi Ali, seorang Indonesia yang sukses berdakwah di negeri Uncle Obama. Direktur Jamaica Muslim Center, Queens-New York dan Presiden Nusantara Foundation. Kebetulan saya yang mengedit memoar beliau, Menebar Damai di Bumi Barat (Noura Books) dan setelah beliau tau kiprah Teh Irma, tertarik mengundang di bawah naungan Nusantara Foundation. Awal undangan bulan Agustus lalu, namun karena berbagai hal, diundur Oktober mendatang.

Begitu surat undangan tiba, mulailah saya, Teh Irma, dan seorang teman dari Dompet Dhuafa kasak-kusuk bagaimana mengurus Visa USA. Oleh Imam Shamsi, saya diberikan nomor telp seseorang yang pernah meliputnya di Amerika, dari sebuah production house, untuk berkonsultasi tentang visa. Darinya saya mendapatkan nomor telepon agen visa.

Sebenarnya nggak susah sih mengurus sendiri, teman yang pernah ke USA memberikan link form visa USA. Namun karena ini pengalaman pertama, saya dan Teh Irma memutuskan pakai agen. Toh fee agennya juga nggak mahal, hanya 200 ribu. Sementara biaya visanya US$ 160.

Mulai deh deg-degan dimulai. Err... lebih ke saya yang deg-degan sih, Teh Irma, biangnya pede mah nyantai... berkali-kali dia bilang ke saya,"Rileks aja kenapa si?"

Hehehe, maklum pengalaman pertama dan sudah dikuasai ilusi betapa menyeramkannya kedutaan Amerika *lebay dah*

Cici dari agen yang membantu kami mengurus visa, mengirimkan berkas formulir dan prasarat yang dibutuhkan. Karena kami undangan, maka dibutuhkan surat dari Imam Shamsi Ali, dan surat sponsor. Nah, di sini seni keyakinannya terhadap Allah diuji.

Sampai menjelang wawancara, surat sponsor (yang menyatakan membiayai semua kegiatan itu) tak jua tiba. Sementara saya nggak pede sangat kalau rekening 3 bulan terakhir diperiksa pihak kedutaan wkwkwkwk.... Maklum... dengar-dengar harus saldo sekian untuk mengurus visa, sebagai jaminan nggak bakalan tertantar di sana dan nggak menyalahgunakan visa (misalnya jadi imigran gelap, dengan bekerja di USA).

Sementara Imam Shamsi sudah dua kali ke Indonesia (semenjak saya mengenal beliau) dan kami selalu menyempatkan silaturahmi. Kedatangan beliau terakhir kemarin, beliau bahkan bersua dengan duta besar Amerikanya. "Nah tuh... tanda-tanda visa kita di-approved," Teh Irma pernah berkata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun