Kami kembali, membawa jasad Darsono lalu memakamkannya. Ia mendapat gelar militer teringgi sebagai bentuk kehormatan. Misi yang berhasil, tapi melahirkan kesedihan, ironi memang. Semenjak hari itu, kematian Darsono, Bowo, Ikal, dan pasukan lainnya membakar semangat kami. 3 tahun berselah Negara ini merdeka, cita-cita suciku dan Darsono terwujud.
Aku parkirkan mobil ini di pinggir sawah, berjalan menuju pohon beringin yang rindang. Kali ini, hujan bersahabat padaku, hujan ini telah reda. Di sinilah Darsono beritirahat dengan tenang dibalut senyuman. Sambil memegang batu nisannya dalam hati aku berkata, ”Seharusnya hari ini bukan aku yang jadi jenderal melainkan dirimu, kawan. Terima kasih dan selamat beristirahat.”