Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Rahasia Dagadu Jalankan Bisnis hingga 24 Tahun

30 Juli 2018   05:48 Diperbarui: 30 Juli 2018   06:48 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemudik berbelanja kaos di gerai industri kaos Dagadu, Jalan Pakuningratan, Yogyakarta, Jumat (24/8/2012). Kaos hasil industri kreatif merupakan salah satu komoditi yang banyak dicari pemudik selama berada di Yogyakarta.

"Saat itu juga kami berpikir memformalkan pertemanan kami jadi PT (perseroan terbatas)," ujar Arief.

Baca juga: Olah Pisang dengan Modal Rp 300.000, Kini Sri Raup Omzet Rp 500 Juta

Dari Dagadu ke DGD

Nama Dagadu sudah sangat kental dengan Jogja, dan manajemen juga memutuskan tidak akan membuka cabang di luar Jogja. Tantangan berikutnya yang muncul adalah bagaimana dengan pengembangan bisnisnya, jika cakupan wilayah saja terbatas hanya di Yogyakarta.

Arief membeberkan, strategi yang mereka pakai adalah dengan menelurkan brand-brand lain setelah Dagadu. Untuk brand yang masih berkaitan dengan Jogja, ada merek Dagadu Bocah, Dagadis, hingga Oblongpedia.

"Dagadu Bocah untuk anak-anak, kemudian ada serial Oblongpedia itu lebih kepada ensiklopedia tapi bentuknya oblong. Kami juga kembangkan brand di luar Dagadu, satu lagi yang kami kembangkan setahun lalu adalah DGD," kata Arief.

Khusus DGD, inspirasinya bersumber dari kekayaan alam dan budaya di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Jadi, tidak sebatas tentang Jogja, melalui brand DGD Arief dan teman-temannya bisa menghasilkan varian produk yang lebih luas tanpa menggeser posisi Dagadu yang sudah diasosiasikan dengan Jogja.

Baca juga: Sempat Dilarang Berbisnis, Pemuda Ini Raih Omzet Ratusan Juta dari Celana Jeans

Arief sempat memberi contoh desain pakaian DGD yang terinspirasi dari motif anyaman bambu daerah tertentu, sistem terasering, hingga keramaian pasar apung yang dilihat dari atas. Pendekatan yang dilakukan DGD juga lebih modern, menyesuaikan dengan pasar masa kini.

"Grafisnya lebih simpel dan modern. Jadi, brand itu harus punya keunikan dan positioning. Dagadu itu produk kreatif dari Jogja. Tantangannya memang di situ, kalau cuma di Jogja, bagaimana mengembangkan bisnisnya? Bisa dikembangkan, salah satunya dengan brand lain," tutur Arief.

Arief memproyeksikan DGD bisa dikembangkan ke luar Jogja atau secara nasional. Ke depan, pemasaran DGD juga akan digencarkan melalui plaform e-commerce.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun