Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara AHY, PKI dan Propaganda Politik

5 Juli 2017   13:55 Diperbarui: 5 Juli 2017   14:02 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sesudah sarapan pagi saya mencari aktivitas-aktivitas lain untuk mengisi hari ini. Sebenarnya saya agak sedikit mengantuk, biasa sehabis makan pasti timbul rasa ngantuk. Tapi saya berpikir harus menahan rasa ngantuk ini supaya tidak tidur terlalu pagi. Sembari berpikir-pikir mau apa saya ini terlintas dipikiranku harus membuka akun facebook. Sayapun kemudian membukanya demi mengisi hari ini. Beranda profil facebook posting terakhir saya adalah tulisan yang saya tulis di kompasiana.

Saya ingat kembali mempunyai akun kompasiana. Kemudian melihat-lihat akun saya diforum ini. Sudah seberapakah pembaca yang membaca artikel saya? Ternyata tidak jauh beda dengan kemarin. Artikel yang menjadi pilihan editor juga masih belasan dari puluhan artikel yang sudah saya tulis. Artikel sayapun belum pernah jadi headline di kompasiana ini.

Setelah melihat-lihat akun saya, sayapun melihat beranda kompasiana. Penulis-penulis produktif merilis satu demi satu tulisannya. Judul tulisan dari a sampai z ada. Tetapi yang paling menarik saya baca adalah artikel yang esensinya mengangkat sosok pemimpin yang ditakutkan PKI. Sosok itu adalah AHY, anda pasti tahu AHY itu siapa bukan? Saya tidak mau meperjelaskanya.

Pertimbangan penulis mengangkat AHY sebagai pemimpin yang ditakuti PKI (partai komunis indonesia) adalah pertimbangan sejarah. Dalam sejarah tertulis bahwa jendral sarwo edi kakeknya AHY adalah jendral yang membasmi ratusan bahkan jutaan pembantaian anggota dan simpatisan PKI. Saya masih perlu referensi tentang angka pembantaian ini. Saya tidak tertarik pada ulusan sejarahnya. Sayapun lebih-lebih tidak tertarik dengan sosoknya. Yang menarik bagi saya mengapa hal seperti ini diangkat dan diterbitkan tulisannya di kompasiana?

Saya tidak anti karya atau tulisan orang lain. Apa lagi membela PKi, jelas tidak. PKI saat ini menurut pandangan saya merupakan bayang-bayang orang-orang yang tidak bisa move on dari masa lalu. Yang tidak bisa move on dengan masa lalu khususnya di dunia politik selalu menjustifikasi lawan politiknya dengan stigma PKI. Bahkan isu PKI juga dijadikan kendaraan untuk orang-orang yang konservatif menaikan popularitasnya. Miris sekali rasanya negri ini, para politikusnya sama sekali tidak kreatif. Kalau seperti ini bagaimana jika politikus kurang krearif memimpin? Saya menduga tidak akan ada inisiatif dalam memimpin jika dipimpin politikus semacam ini.

Bagi saya tulisan tentang PKI dan AHY menarik untuk sama-sama dianalisa. Mengapa menarik? Karna sewaktu AHY lahir orang-orang anggota PKI sudah tamat dibantai tahun 65-66 dan seterusnya. Saya juga ingin menduga-duga maksud atau esensi dari tulisan antara AHY dan PKI. Berangkat dari keheranan saya inilah saya ingin menganalisa dan menduga-duga maksud dan tujuan tulisan ini.

Pertama, tulisan ini untuk lebih mempopulerkan AHY di kompasiana khusunya bagi orang-orang belum move on yang menjadi bagian keluarga besar kompasiana. 

Kedua, menciptakan panggung untuk AHY khususnya untuk kontestasi politik dia tahun 2019 dengan mepropagandakan sosok agus lebih intens dimedia.

Sebenarnya bebas saja menulis apapun di kompasiana ini, tetapi saya sebagai pembaca dan penulis di forum ini juga kan boleh saja mengomentari dan menganalisa berbagai tulisan yang ada. Saya jadi ingin menyarankan sudahlah bagi mereka yang menjadi alat propaganda para politisi atau para simpatisan-simpatisannya mengkambing hitamkan PKI. Kita semua tahu PKI sudah dibumi hanguskan dinegri ini. Bisakah lebih kreatif lagi dalam mempropagandakan politisi dimedia? Bentuk kerja nyata mungkin lebih menarik dari mengkambing hitamkan bayang-bayang masa lalu. Politisi yang baik itu meninggalkan karya yang baik bagi masyarakat bukan propaganda citra yang  di baik-baiki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun