Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Merti Kali Boyong (1): Refleksi Lingkungan dari Lereng Merapi

10 Agustus 2017   00:05 Diperbarui: 10 Agustus 2017   10:06 1493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ular atau naga panjang 30 meter (Foto: Ko In)

Pagi itu udara masih begitu dingin di lereng Merapi. Walau waktu sudah menunjukkan angka delapan. Namun kesibukan warga dusun Glondong, Purwobinangun, Pakem, Sleman. Terasa ramai. 

Sebagian warga nampak sudah pulang dari ladang atau sawah. Hari itu, Jumat (4/8) aktivitas di kampung sedikit berbeda dari biasanya. Nampak anak-anak sibuk berdandan. Demikian halnya dengan ibu-ibu. Sementara di beberapa sudut jalan nampak ada sesaji.

anak-anak juga sibuk (Foto: Ko In)
anak-anak juga sibuk (Foto: Ko In)
Hari itu kampung Glondong, kira-kira lima belas kilometer dari puncak gunung Merapi Jogja. Kedatangan sejumlah tamu dari berbagai negara yang tergabung dalam kegiatan Asian Youth Day ke 7.

Sebuah acara dimana sejumlah orang muda dari beberapa negara di benua Asia. Setiap tiga tahun sekali melakukan pertemuan. Dan tahun ini Jogja menjadi pusat kegiatan tersebut karena masuk dalam wilayah adminstrasi Keuskupan Agung Semarang.

Kegiatan mereka diantaranya berupa live in, refleksi keimanan, festival doa dan kegiatan rohani serta sosial lainnya. Secara keseluruhan peserta pertemuan tersebut mencapai hampir tiga ribu orang. 

Sekitar 80 orang diantaranya mengunjungi dusun Glondong, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Jogjakarta. Untuk melihat acara Merti Kali Boyong.  

Sesaji untuk Mbah Ranu dan keselamatan acara (Foto: Ko In)
Sesaji untuk Mbah Ranu dan keselamatan acara (Foto: Ko In)
Sesaji (foto: Ko In)
Sesaji (foto: Ko In)
Merti kali bukan sekedar kegitan seni budaya atau tradisi. Tetapi juga mengandung makna spiritual. Ada ritual dalam bentuk doa untuk keselamatan warga Glondong yang tinggal bersebelahan dengan sungai Boyong yang berhulu dari gunung Merapi. Dan doa agar lingkungan yang ditinggali tidak rusak oleh ulah manusia.

Merti kali adalah sebuah cara merefleksikan diri warga setempat dalam melindungi dan menjaga lingkungan sungai. Sekaligus mengingatkan untuk menghentikan sifat rakus sebagian orang yang gemar mengeksploitasi sungai. Dengan cara melakukan aktivitas penambangan pasir yang merusak lingkungan. Melakukan penambangan dengan alat berat seperti begho atau beko.

Karena kerusakan alam sekitar sungai Boyong tidak hanya mengancam tempat tinggal warga Glondong. Tetapi juga mengancam sumber mata air bersih bagi warga dan desa yang letaknya lebih rendah dari desa Glondong. Termasuk ketersediaan air bersih untuk warga di kota Jogjakarta. 

Dua tahun lalu warga sekitar Kali Boyong Protes Penambangan pasir dengan alat berat Begho (Foto: Ko In)
Dua tahun lalu warga sekitar Kali Boyong Protes Penambangan pasir dengan alat berat Begho (Foto: Ko In)
Jika lingkungan kali atau sungai Boyong rusak dapat mendatangkan ancaman banjir lahar dingin yang mengancam warga kota Jogjakarta. Khususnya yang tinggal di sepanjang sungai Code. Sungai yang membelah kota Jogjakarta. Letaknya tidak jauh dari Malioboro sebagai salah satu icon wisata Jogjakarta. 

Banjir lahar dingin di sungai Boyong biasanya membawa material lumpur, pasir, batu-batu besar yang dapat terjadi sewaktu-waktu khususnya saat musim hujan. Apalagi jika terjadi hujan lebat di puncak gunung Merapi walau di sekitar desa Glondong, Sumedang dan Kardangan cuaca sangat cerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun