Mohon tunggu...
Klik
Klik Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Volume Penjualan Busana Muslim di Indonesia

26 Februari 2019   15:23 Diperbarui: 27 Februari 2019   11:01 6836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.gbgindonesia.com

Peluang pasar untuk produk hijab di Indonesia masih terbuka lebar, baik untuk segmen kelas bawah maupun kelas atas karena jumlah pemain yang relatif rendah di sektor ini. Selain itu, seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia, situs e-commerce yang menawarkan pakaian Islami telah menjamur dengan merek-merek seperti Zoya, Hijup, Hijabenka, dan Elhijab, menawarkan portofolio produk yang beragam untuk semua segmen konsumen. 

Pemasaran online digabungkan dengan skema reseller dan dropship menawarkan biaya operasi yang lebih rendah dan dapat menjangkau khalayak yang lebih luas karena tidak adanya kendala geografis. Dengan demikian, pakaian muslim telah menjadi komoditas yang sangat dicari dan industri yang berkembang pesat di Indonesia.

Data dari Kementerian Perindustrian Indonesia mengungkapkan bahwa sekitar 80% produk pakaian muslim dijual di pasar domestik, sedangkan 20% sisanya diekspor. Pada 2015, ekspor busana Muslim Indonesia mencapai $ 4,57 miliar USD atau sekitar Rp 58,5 triliun. Angka ini lebih rendah dari pada tahun 2014 sebesar $ 4,63 miliar USD dengan tren pertumbuhan ekspor 2,30%.

Menurut data dari BPS (2013), jumlah perusahaan yang bergerak di sektor fashion mencapai 1.107.955 unit. Sekitar 10% dari mereka adalah perusahaan besar, 20% adalah perusahaan menengah dan 70% adalah perusahaan kecil. Dari 750.000 UKM yang bergerak di sektor pakaian di Indonesia, sekitar 30% di antaranya adalah produsen pakaian muslim, dengan perusahaan besar menempati 40%, sementara perusahaan kecil dan menengah masing-masing menempati 30% dari pasar. 

Meningkatnya persaingan

Meskipun mengalami kemajuan yang signifikan, industri pakaian muslim Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Daya saing produknya masih rendah karena efisiensi yang buruk dan skalabilitas yang rendah. 

Tantangan lain yang dihadapi oleh industri pakaian Islami di negara itu termasuk kurangnya pembiayaan preferensi budaya, dan kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara menegakkan prinsip-prinsip Islam dan mengikuti tren mode global terbaru. Sementara itu, pesaing utama untuk produk jilbab kelas atas adalah produsen dari negara-negara ASEAN, terutama Malaysia dan Thailand. Yang terakhir, sebagai salah satu produsen tekstil utama di Asia Tenggara, bertujuan menjadikan Bangkok sebagai pusat industri pakaian muslim. 

Industri mode Islam Thailand sebagian besar berlokasi di provinsi selatan yang didominasi Muslim, dengan sekitar 80% produknya diekspor ke Malaysia sebelum diekspor kembali ke berbagai negara dengan omset tahunan sekitar $28 juta USD.

Malaysia adalah pesaing terbesar Indonesia di segmen jilbab modis. Produsen dan pengecer jilbab di negara ini telah memiliki langkah awal dalam hal pemasaran dengan memanfaatkan platform e-commerce dan media sosial; khususnya Instagram, untuk memasarkan produk mereka. Salah satu merek hijab Malaysia yang telah sukses mendunia adalah Naelofar. 

Pada 2015, perusahaan milik keluarga ini berhasil mencatat penjualan sebesar $ 11,8 juta USD. Merek terkemuka lainnya adalah Mimpikita yang diundang untuk menunjukkan produknya di London Fashion Week 2015.

Pesaing utama untuk produk hijab low-end adalah Cina yang menawarkan produk yang lebih murah. Ini sangat penting karena pelanggan domestik cenderung memprioritaskan harga daripada kualitas yang mendorong penjual hijab beralih ke menjual kembali produk-produk Cina alih-alih membantu mengembangkan produk lokal. Selain itu, semakin populernya jilbab di Indonesia dan negara-negara lain telah memikat pengecer dan desainer dari negara-negara non-Muslim untuk meluncurkan lini pakaian muslim sendiri. Pengecer Jepang, Uniqlo, misalnya, menyewa blogger mode Muslim, Hana Tajima, untuk merancang lini pakaian Muslim untuk merek mereka.

Pada bulan September, model asal Inggris Ms Mariah Idrissi menjadi wanita pertama yang mengenakan jilbab untuk membintangi iklan komersial untuk H&M; pengecer pakaian terbesar kedua di dunia. Pada tahun 2014, DKNY meluncurkan koleksi Ramadhan dan merek barat lainnya seperti Tommy Hilfiger dan Mango mengikuti dengan menjual pakaian muslim selama bulan Ramadhan.

Menuju ibukota mode Islam global

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun