Mohon tunggu...
Bang iruz
Bang iruz Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa sekolah tinggi ilmu Al-Qur'an Islamic center

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hajat yang Tak Sampai

28 November 2018   17:58 Diperbarui: 28 November 2018   18:21 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Iya memang. Tapi aku tidak pernah merasa punya hubungan. Tiba tiba banyak kabar kalau dia jadian, bahkan tunangan dengan aku. Usut punya usut, ternyata dia yang terlalu percaya diri menyebarkan isu itu."

"Aneh, terus gimana ceritanya sekarang. Kok bisa sama Ning luluk."

"Nah, kalau itu panjang ceritanya. Sebenarnya, Ning rahma sama Ning luluk itu masih sepupu. Tapi memang ada gengsi dan rasa saing sejak dulu. Apa yang di miliki Ning rahma , maka harus bisa di rebut sama Ning luluk. Begitu juga sebaliknya. Ini sudah menjadi rahasia umum sejak SD dulu. Kamu tahu, di gerbang akhir hubunganku dengan Ning rahma, yang berarti juga tangga awal untuk ku mendaki hidup bersama Ning luluk, dia berpesan lewat sepucuk surat, katanya," aku doakan, semoga kalian tak pernah bahagia."

" Berarti kamu hanya Korban pertarungan ego dan gengsi mereka?"

Kakakku yang mendengar itu kaget. Dia berpikir lama . entah apa yang dipikirkannya...

Hari terus berganti, waktu yang selalu berlalu, menjadi saksi bisu akan komitmen kakakku yang hendak membangun mimpi dengan pujaannya itu. Namun, setelah tiga tahun berlalu, tak ada tanda-tanda kakakku akan menikah. Bukankah kalau terus-terusan pacaran hanya akan menambah dosa, meski kenyataan nya mereka berdua hanya berhubungan lewat handphone saja?

Entah, semua kebingungan itu kemudian menjadi terang seterang matahari di azan dhuhur, sejelas wajahku yang merah merona ketika beradu pandang dengan....ah, aku memang tak punya nyali layaknya laki laki zaman now. Kata orang sekarang aku kampungan! Toh, menurut ku tidak ada yang mesti di banggakan dari orang orang kota . semuanya masih relatif, dan orang orang memiliki kecenderungan tersendiri.

Pagi itu, aku baru selesai memberi makan ayam ketika kakiku berselonjoran di atas dipan bambu, saat tiba tiba kakak bilang, " ron , semuanya berakhir."

" Maksudnya?"

" Tadi malam, aku dan kiai adnan salat istikharah. Hasil nya , ambigu. Gelap. Dan tak mungkin di teruskan."

" Oh, iya biarin aja lah, kak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun