Mohon tunggu...
Nur Azis
Nur Azis Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sepanjang waktu

Bercerita dalam ruang imajinasi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Semua Demi Istri

20 Oktober 2019   17:25 Diperbarui: 20 Oktober 2019   17:34 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sehari-hari, Jarwo, bekerja sebagai tukang kayu di gudang Juragan Manto. Sudah hampir sepuluh tahun. Sejak dulu masih bujang, hingga sekarang sudah berkeluarga. Memiliki istri yang cantik, dan dua anak yang masih kecil-kecil.

Masa muda Jarwo terbilang sebagai lelaki idaman. Banyak sekali orang tua dikampung ini, yang ingin menjadikannya sebagai menantu. Selain berwajah tampan, rajin bekerja, dia juga menjadi pegiat di kampung. Setiap kegiatan, wajah Jarwo hampir tak pernah absen. Selalu saja hadir, meski cukup sebagai seksi perlengkapan atau pengatur parkir.

Meski banyak yang mendambakan, namun Jarwo selalu saja menolak. Entah berapa kali sudah, Mak Sum yang seorang penjual lontong, menawarkan anak gadisnya pada Jarwo. Kata Mak Sum, anaknya itu, selain cantik , juga pintar memasak, mencuci, dan juga penurut. Masih kata Mak Sum, "Susah lho, zaman sekarang cari perempuan seperti itu". Namun lagi-lagi, Jarwo menolak.

Bagi Jarwo, dalam memilih istri itu, diibaratkan seorang presiden yang sedang menentukan siapa menterinya. Jadi, semua itu adalah hak penuh seorang presiden. Tak boleh ada yang memaksa-maksa, meski mereka adalah para pemilik partai, maupun para sponsor. Demikian juga dengan Jarwo. Tak mau dipengaruhi, oleh siapa pun. Dia sendiri yang akan memilihnya.

Hingga bertemulah dia dengan Yuli. Gadis berkulit putih, yang berasal dari daerah pegunungan. Saat itu, dia baru bekerja di tempat Juragan Manto, sebagai buruh ampelas. Memang tak banyak pilihan pekerjaan, dengan pendidikannya yang hanya lulusan sekolah dasar. Baginya, pekerjaan apa pun, tidak menjadi masalah. Asalkan halal dan menghasilkan.

Dulunya, Yuli adalah perempuan yang memang menjadi kriteria Jarwo. Selain berparas cantik, Yuli adalah seorang istri yang penurut. Tak banyak meminta ini dan itu. Berapa pun uang belanja yang diberikan oleh Jarwo, selalu saja diterima dengan baik. Tak pernah meminta lebih. Apalagi sampai protes dengan membanding-bandingkan dengan tetangga kanan kiri. Sama sekali tak pernah.

Mengutip pernyataan Mak Sum, tentu saja, Yuli adalah salah satu dari sekian perempuan yang langkah itu. Perempuan yang tak mudah terpengaruh oleh huru hara zaman. Apalagi dengan kemajuan media sosial sekarang ini. Apa saja diberitahukan pada semua orang. Makanan, pakaian, suami, istri, selingkuhan, sampai hubungan intim pun tak luput diumbar.

Bagi sebagian orang, tentu hal itu menjadi biasa. Namun bagi sebagian lagi, itu adalah semacam racun. Harus diikuti. Harus bisa semacam itu. Nuntut sana, nuntut sini. Hutang sana, hutang sini. Demi apa? Demi sebuah gengsi. Agar mendapat perhatian semua orang. Dianggap mampu. Dianggap ini dan itu.

Sebenarnya, Yuli sangat jarang membeli makan di luar. Hampir setiap hari dia memasak untuk anak dan suaminya. Bukan saja untuk menghemat pengeluaran, tapi bagi Yuli, itu lah peran yang bisa ia darmakan untuk keluarganya. Tentu saja ada perasaan senang, jika melihat anak dan suami melahap habis masakannya.

Namun hari ini, Yuli tidak memasak seperti biasanya. Badannya sungguh capek sekali. Beberapa hari harus ikut membantu memasak di tempat saudara yang mau punya hajat. Akhirnya dia memutuskan untuk membeli sayur lontong di tempat Mak Sum.

Di sana lah, dia bertemu dengan orang yang dulu pernah mendambakan Jarwo sebagai menantunya. Mak Sum pun bercerita panjang lebar. "Jika tidak ada kamu Yul, mungkin saja Jarwo akan menikah dengan putriku." Demikian katanya pada Yuli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun