Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Dari Langit Kelas Ekonomi

12 September 2017   08:41 Diperbarui: 13 September 2017   05:11 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari langit dengan deru pesawat kutuliskan ini: terbayang engkau semua di bawah sana penduduk bumi. Tujuh setengah miliar jiwa menggeliat di berbagai negeri. Duaratus enampuluh juta di negeriku tak terkecuali. Hidup dengan kekayaan alam di negeri yang indah permai.

Terbayang ratusan tahun lalu engkau terhina dan terjajah tersakiti. Bahkan wanita-wanitamu diperkosa setiap hari. Dijadikan budak seks tentara penguasa yang tidak tahu diri. Jika mereka hamil maka bayonet akan menghujam keji di perutmu agar tidak meninggalkan bekas pada keturunan negeri.

Dari atas ini aku melihat negeri-negeri penjajah masih berseri-seri. Rakyatnya tetap makmur, bahagia dan penuh percaya diri. Mereka dengan penuh ironi memberi bantuan ke luar negeri tak terkecuali ibu pertiwi. Kekejaman masa lalu sepertinya sudah terlewati. Atau negeri terjajah tidak miliki cukup bukti.

Sementara rakyat di negeriku masih bermain petak umpet dengan korupsi. Tak terhitung berapa banyak politisi. Tak terkecuali ketua partai, bahkan ketua mahkamah konstitusi. Ada yang berani membersihkan negeri, malah kini dimasukkan ke dalam kandang jeruji dengan tuduhan keji. Karena tak temukan alasan terpaksalah dicari-cari. Tapi Tuhan tidak pernah berdiam diri. Di penjara dia dilindungi agar menjadi pribadi yang makin mumpuni.

Deru pesawat masih berbunyi. Aku ingat sosok bernama Jokowi. Dia menjadi walikota, gubernur dan presiden yang manusiawi. Teringat ucapannya di Cimahi. Katanya rakyat miskinpun bisa menjadi pemimpin negeri, dengan memberi contoh dirinya sendiri. Istrinya bernama Iriana sangat sederhana membuat banyak wanita pada iri. Mengapa wanita cantik isteri penguasa tertinggi bisa polos sederhana seperti ini. Pesona hati dan jiwanya justeru membuat harkatnya semakin tinggi. Anak-anak mereka hidup lebih unik lagi. Di masa lalu tawaran bisnis pasti muncul dari sana sini. Tapi malah pelayan restoran yang terjadi. Menunjukkan putera penguasapun bisa tetap rendah hati.  Gagal pula menjadi pegawai negeri tapi tidak membuatnya rendah diri. Bahkan tak merasa malu ada yang membuat film sendiri.

Deru pesawat masih terus di tempat tinggi tapi biarlah kuakhiri sampai di sini. Harapku menulis hanya ini: mari kita jujur, sabar dan berbesar hati. Kita lupakan dengki, benci dan iri hati. Mari kita bangun bersama ibu pertiwi dengan segenap jiwa dan sepenuh hati. Kiranya Tuhan yang baik menolong agar kita bisa perbaiki. Tekad tulus di dada sudah terpatri, sambil kita bernyanyi: bagimu negeri jiwa raga kami.

Dari langit di bangku kelas ekonomi, 11 September 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun