Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

SOS bagi Kompas Group

7 Juli 2016   19:38 Diperbarui: 7 Juli 2016   19:50 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini, saya masih meyakini Kompas Group adalah satu diantara sedikit media yang mengedepankan prinsip jurnalistik. Memeriksa silang informasi untuk mengungkap fakta sesungguhnya adalah salah satu hal yang semestinya dilakukan. 

Sangat disayangkan jika 'kesimpulan' atau 'dugaan' peliput di lapangan serta merta diberitakan begitu saja. Dalam kasus ini, seperti diakui di penghujung berita klarifikasi di bawah, redaksi mengakui bahwa kabar itu disampaikan hanya karena melihat mobil sang Menteri yang terlambat memasuki area parkir. Padahal penumpangnya sendiri ternyata sudah terlebih dulu turun meninggalkan kemacetan dan berlari kecil memasuki masjid. 

Kecerobohan ini tidak sepatutnya, terlebih bagi lembaga seperti Kompas. Bahwa kompas.com merupakan organisasi berbeda dengan koran Kompas - seandainya memang demikian - tetap saja bukan pembenaran.

Patut diduga keteledoran membangun dan mengembangkan sumberdaya yang memahami dan mematuhi standar jurnalistik yang benar sedang berlangsung di lingkungan salah satu media tertua Indonesia tersebut. Bisa jadi karena 'ledakan' aktivitas dan bentuk media jurnalistik yang berkembang pesat setelah kehadiran teknologi digital. Bagaimanapun Kompas harus menyikapinya dengan bijak agar standar jurnalistik yang diusungnya selama ini dapat tetap dipertahankan. 

Kaidah-kaidah seperti itulah yang hari ini membedakan Kompas beserta segelintir media pemberitaan lain yang masih menjunjung tinggi dan menerapkan - diantaranya Tempo Group - dari sumber informasi kontemporer lainnya hari ini, yaitu media sosial. Perkembangan teknologi digital begitu memudahkan tersebarnya sebuah kabar. Hal yang membedakan adalah kualitas penerapan kaidah jurnalistik dari penyampai pesan/ berita.

Kompas memang harus bersaing dengan kecepatannya tapi tidak boleh dan tidak bisa mengorbankan akurasi dan obyektifitasnya! 

Menganggap kelalaian yang terjadi dalam memberitakan kehadiran Menteri Agama di Itiqlal untuk mengikuti sholat Ied kemarin bukan sebagai hal luar biasa dapat meruntuhkan kredibilitas kelompok media tersebut. Terlebih lagi ditengah hantaman prilaku one liner syndrome yang berkembang pesat akhir-akhir ini.

Sebab, intangible asset dari usaha pemberitaan seperti Kompas yang masih menjadi keunggulan dan dapat diberdaya-gunakan untuk menghadapi persaingan hari ini, tinggal kredibilitas itu saja. Selebihnya hanyalah masa lalu. 

Berita menteri yang diduga telat sholat Ied itu sendiri lebih pantas disebut sebagai kegenitan berlebihan yang condong sensasional. Esensinya masih bisa diperdebatkan panjang. Celakanya, berita yang salah pula!

Ilustrasi gambar : http://mensdailybriefing.com/?p=504

Rujukan : http://nasional.kompas.com/read/2016/07/07/16453151/klarifikasi.menteri.agama.tidak.terlambat.shalat.id.di.masjid.istiqlal 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun