Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tumpang Tindih Mata Pelajaran Di Kurikulum 2013

4 Oktober 2014   20:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:23 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tahun ajaran baru telah berlangsung selama kurang lebih 2 bulan. Dengan fakta carut marutnya Kurikulum 2013, proses belajar mengajar tetap berlangsung. Guru mengajar seadanya, Kurikulum baru yang digadang-gadang adalah Kurikulum yang paling lengkap, paling mutakhir dan paling sempurna oleh Menteri Pendidikan sendiri ternyata membawa banyak masalah di lapangan. Paling nyata adalah keterlambatan datangnya buku-buku pelajaran ke sekolah-sekolah diseluruh pelosok tanah air, sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi tersendat, guru dan murid banyak mengalami kerugian.

Sudahkah Anda merasakan Kurikulum 2013? Jika sudah, bagaimana rasanya? Memang benar, setiap perubahan itu pasti ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Setiap perubahan itu pasti ada masalah yang ditimbulkan, namun tidak serumit masalah yang ditimbulkan oleh K-13 yang baru ini. Mulai dari gagasan mengganti langsung dari Kurikulum KTSP yang menurut para ahli masih layak dipertahankan dan dinilai sebelum dirombak total oleh Kurikulum baru, proses yang tiba-tiba ini ternyata memakan korban. Korban yang nyata adalah : “Hilangnya Mata Pelajaran TIK/KKPI di Kurikulum yang baru”. Tanpa alasan yang kuat, mata pelajaran yang telah menjadi primadona ini dan telah menghasilkan jutaan rakyat Indonesia yang hanya tamatan SMA/SMU sederajat dapat bekerja di perusahaan-perusahaan IT dalam maupun luar negeri dengan hanya bermodalkan belajar Komputer di sekolah-sekolah sederajat SMP dan SMA/SMK/SMU/Madrasah, tanpa harus mengeluarkan uang lebih untuk less computer bahkan sampai sarjana.

Sedikit cerita, sejak munculnya pelajaran TIK/KKPI atau istilah kerennya computer di tahun 200-an, generasi muda bangsa kita sangat senang dengan pelajaran ini. Saya yang tidak sempat belajar computer karena tamat tahun 1999, penasaran dengan pelajaran tersebut. Akhirnya, saya mengambil jurusan Komputer saat itu, karena pertimbangan, pelajaran ini masih membutuhkan guru, membutuhkan tenaga pengajar ataupun tenaga operasional yang masih membutuhkan banyak lapangan pekerjaan, pun menjadi wiraswasta dengan membuka praktek rental computer, warnet, percetakan, pun ingat nasehat guru saya. Beliau sang guru Bahasa Indonesia berujar “Untuk menjadi orang sukses kamu harus menguasai minimal 3 kemampuan, yaitu: (1) Kemampuan Berbahasa, (2) Kemampuan Berhitung (matematika) (3) Kemampuan Menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi, itu kunci sukses!”. Demi menguasai dunia IT yang pada waktu itu lagi booming adalah Komputer (PC), maka saya pun tidak mengindahkan saran orangtua kuliah mengambil jurusan Hukum dan Olahraga, saya kuliah mengambil jurusan Sistem Informasi Komputer, memang seiring dengan waktu memang keberhasilan akan kita raih dengan kerja keras dan doa.

Semoga Guru Tidak Ada Yang Dirugikan

Kembali ke pokok pembicaraan, menurut Menteri Pendidikan Nasional bapak M. Nuh, di Kurikulum baru ini tidak ada guru-guru yang akan dirugikan, termasuk guru-guru TIK/KKPI yang secara tiba-tiba dihilangkan. Menurut beliau, guru-guru TIK diharapkan bisa mengajar mata pelajaran lainnya sesuai dengan minat dan kebutuhan sekolah tersebut, kemudian beliau lebih lanjut berjanji akan lebih mengoptimalkan fungsi dan peranan guru-guru berlatar belakang TIK/KKPI dengan menerbitkan Permen (Peraturan Menteri) yang dituangkan dalam Permendikbud no. 68 tahun 2014 tentang peranan guru TIK/KKPI dalam kurikulum 2013. Namun, setelah membaca Permen tersebut, rasanya masih berat perjuangan guru-guru TIK/KKPI karena banyaknya syarat yang harus dipenuhi oleh guru-guru TIK/KKPI apalagi bagi guru mengajara TIK/KKPI namun tidak memiliki ijazah S-1 dengan kualifikasi IT (tidak berlatar belakang TIK) alias tidak linier.

Dalam PermenDikbud no. 68 tahun 2014 telah disebutkan bahwa peran Guru TIK adalah sebagai: (1) Pembimbing TIK peserta didik. (2) Fasilitator TIK bagi sesama guru. (3) Fasilitator tenaga kependidikan bidang TIK. Lha…emangnya selama ini tugas guru TIK/KKPI itu bagaimana? Yang saya alami sebagai guru TIK/KKPI di sekolah tempat saya mengajar, telah menerapkan seperti yang di-Permen-kan oleh Menteri Kmendikbud, saya sering membantu bahkan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan guru-guru yang sudah berumur tua dalam mengerjakan soal, menyusun RPP dan Silabus, Prota, Prosem, pekerjaan lain yang berhubungan dengan IT. Begitu juga dengan pekerjaan Adminsitrasi sekolah, saya sering membantu, misalnya: pembuatan fortofolio Sekolah Adiwiyata, bahan presentasi, dokumentasi, dll. Begitu juga dengan masalah siswa dalam hal penggunaan perangkat IT, sudah menjadi bagian sehari-hari.

Pertanyaannya adalah: “Kenapa mata pelajaran TIK/KKPI sebagai mata pelajaran yang utuh berdiri sendiri telah dihilangkan?”, sementara menurut hasil pertemuan antara perwakilan AGITIKNAS (baca: Asosiasi Guru-Guru TIK dan KKPI Nasional) dengan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. DR. H. Muhammad Nuh medio Mei 2014 menyatakan bahwa: (1) Kurikulum 2013 adalah Kurikulum berbasis TIK sehingga akan mengoptimalisasi fungsi dan peranan Guru-Guru TIK. (2) Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang didesain sangat minimal (bahkan sangat minimal), artinya masih banyak kemungkinan untuk ditambahkan Mata Pelajaran dalam bentuk muatan lokal atau lintas minat dan atau lainnya termasuk Mapel TIK-KKPI disesuaikan dengan kebutuhan dari satuan pendidikan di tiap daerah (Kab/Kota). (3) Kemdikbud memandang bahwa Teknologi Informasi sebagai : (1.) Keilmuan, dan (2.) Alat (tools dan layanan), Namun saat ini sedang pada tahap bahwa teknologi informasi sebagai alat dan atau layanan. Untuk tinjauan Teknologi Informasi sebagai suatu keilmuan memang perlu pertemuan lebih lanjut, diskusi secara akademik. AGTIKKNAS dapat melakukan Kajian Akademis bidang TIK untuk kemudian kita adakan pertemuan kembali dengan Jajaran Pejabat dibawah naungan saya (red.Mendikbud)

Jawaban-jawaban dari sumber Mendikbud (jika benar dari pak Menteri Pendidikan langsung), sungguh menjadi PR (Pekerjaan Rumah) bagi Menteri Pendidikan yang baru di era kepemimpinan pak Jokowi-JK. Karena untuk mengembalikan TIK/KKPI sebagai mata pelajaran utuh dan tersendiri, dibutuhkan kerja keras, usaha dan upaya materi apa yang akan diajarkan dari jenjang SD, SMP, SMA/SMK dan tidak mungkin dalam waktu dekat. Untuk sementara guru-guru TIK/KKPI tetap belajar dan belajar, sabar dan mengajarkan mata pelajaran Prakarya/Kewirausahaan, walau menurut kata hati tidak sesuai dengan kualifikasi dan kemampuan kita, namun tetap semangat mengajar.

Tumpang Tindih Mata Pelajaran

Lalu, apa hubungannya dengan judul diatas? Yah, dengan hilangnya matpel TIK/KKPI dan munculnya matpel Prakarya/Kewirausahaan telah membuat adanya tumpang tindih mata pelajaran. Contohnya: di sekolah sudah ada pelajaran MULOK (Muatan Lokal), muatan local yang diajarkan oleh guru juga beragam, misalnya guru A mengajarkan di kelas X tentang “pembuatan kerajinan dari bahan-bahan bekas”, misalnya membuat tempat tissue dari bahan kertas. Lalu guru si B di kelas XI mengajarkan mata pelajaran Mulok juga, memberi tugas si murid membuat membuat makanan dari jamur tiram misalnya, di kelas XII karena kurikulum KTSP tidak masalah dan tidak ada tumpang tindihnya dengan pelajaran Prakarya/Kewirausahaan.

Di Kurikulum 2013 pelajaran Prakarya/Kewirausahaan telah diterapkan sebagai pengganti matpel TIK/KKPI. Yang kami rasakan sebagai pendidik khususnya matpel TIK/KKPI merasa tidak enjoy dengan pelajaran ini, pertama adanya ketidaknyamanan, karena harus mengajarkan: (1) Rekayasa (2) Kerajinan (3) Budidaya (4) Pengolahan dan Kewirausahaan Bahan Nabati dan Hewani. Yang menurut hemat saya sudah tumpah tindih dengan pelajaran MULOK (Muatan Lokal) tadi yang saya sebutkan diatas. Siswa/I merasa tidak tertarik dengan pelajaran ini, apalagi dalam materi Rekayasa, karena saya membawa materi tersebut di kelas IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), mereka lebih tertarik belajar Komputer, misalnya: Microsoft Excel, Word, materi Qbasic, Visual Basic. Asal saya masuk kelas, mereka mengeluh kenapa tidak ada lagi matpel TIK/KKPI? Kenapa tidak belajar Komputer lagi? Sungguh ironis memang, dikala Negara-negara lain berlomba-lomba untuk mengedepankan pendidikan berbasis IT, Dunia Pendidikan dijadikan jembatan antara etika penggunaan perangkat IT oleh para generasi muda bangsanya mulai sejak dini hingga tingkat SMA hingga standard belajar IT sehingga menghasilkan generasi pencipta maupun penyempurna perangkat IT itu sendiri, di Indonesia, malah sebalikna, matpel TIK/KKPI ini dihilangkan dengan alasan yang kurang logis.

Harapan saya bagi pemerintahan yang baru, karena tidak mungkin lagi berharap pada pak M. Nuh selaku pemangku jabatan tertinggi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, agar segera membuat kebijakan baru, apakah kembali ke Kurikulum KTPS yang masih layak benar untuk diaplikasikan di dunia pendidikan dengan melakukan penelitian-penelitian, pembaharuan dan penyempurnaan? Atau tetap mempertahankan Kurikulum 2013 yang telah memakan anggaran Negara sebesar Rp. 2,49 triliun namun pelaksanaan di lapangan banyak kendala dan banyak mengalami carut-marut? Seharusnya Presiden terpilih Jokowi-JK sudah harus mempunyai Planning (rencana) bagaimana dunia pendidikan kita ini bisa lebih dimajukan kualitasnya. Seharusnya pak Presiden sudah memiliki dan mengantongi nama-nama calon Menteri Pendidikan yang punya kredibilitas, kapabilitas, kebijkakan dan latar belakang yang mumpuni dan bergelut di bidang pendidikan. Mampu menjadi agent of change dalam mengelola dunia pendidikan kita ke arah yang lebih baik. Tidak sebatas wacana, berangan-angan terlalu tinggi, namun mampu sebagai figur yang menganyomi, menerima masukan dan berbuat bijak sesuai dengan kebutuhan generasi dan dunia pendidikan kita. Semoga……!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun