Ende, bagaikan cerita tak berujung. Ada saja bahan yang bisa diceritakan tentang kota bersejarah di Pulau Flores ini. Dan hebatnya, satu dengan lainnya saling berhubungan. Â Salah satu ikon pusaran cerita itu, tentang Soekarno dan pusaran yang mengelilinginya.
Diceritakan, bahwa di kala senja, biasanya Soekarno duduk di bawah Pohon Sukun yang bercabang lima, pada sebuah taman yang kini disebut dengan Taman Perenungan Bung Karno.  Posisi duduk  Soekarno, menghadap ke laut Flores dan ketenangan  laut Flores, serta biru laut yang terbentang dihadapnnya, melahirkan imajinasi yang kelak menjadi butir-butir yang disebut lima sila dalam Panca Sila.
Biasanya, pantai Ria mulai ramai ketika sore hari. Bukan hanya, karena masyarakat ingin melihat sunset. Melainkan juga, Â ada semacam budaya di NTT, tidak hanya di Pulau Timor, juga di pulau Flores, aktifitas siang hari dihentikan sejenak mulai jam dua siang hingga jam empat sore. Pada jam istirahat itu, jalanan lengang, sebagian toko di pasar tutup. Setelah jam istirahat, kegiatan masyarakat kembali menggeliat. Â Hingga malam hari pukul Sembilan atau sepuluh malam. Saya tidak tahu pasti, darimana budaya itu dimulai. Apakah karena pengaruh udara yang panas di siang hari, atau, bisa juga pengaruh Portugis yang dominan di daerah NTT.
Sambil bercengkerama. Kita dapat memesan minuman dan makanan ringan, baik yang merupakan panganan khas Ende seperti Pisang dan Ubi goreng. Atau makanan yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara. Seperti Sate Padang, Sate Madura dan Coto Makassar.
Idealnya, karena kota Ende, tidak begitu besar. Perjalanan ke Pantai raja, hendaknya dimulai siang hari. Kunjungan pertama dilakukan ke rumah pengasingan Bung Karno Jl. Perwira kelurahan Kota Raja Ende. Selesai dengan segala pengamatan dan penghayatan bagaimana suasana di rumah pengasingan Bung Karno, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki ke Taman Perenungan Bung Karno yang jaraknya hanya beberapa ratus meter saja, dari rumah pengasingan Bung Karno.  Di Taman Perenungan Bung Karno kita dapat merasakan bagaimana Bung Karno yang kesepian ketika itu, duduk di bawah Pohon Sukun menghadap ke  Laut Flores biru dan luas. Dari  rasa sepi dan panjangnya  jangkauan  melampaui laut Flores, tercetuslah ide-ide dasar Panca Sila. Dibawah rindangnya pepohonan yang banyak terdapat di Taman Perenungan Panca Sila, serta panasnya udara di sekitar, maka Taman Perenungan Panca Sila dapat digunakan sebagai alternative sebagai tempat berteduh dari sengatan Mentari, sambil menunggu sore tiba.
Ketika usai menghabiskan sore di pantai raja, bagi mereka yang berasal dari luar kota atau luar pulau Flores. Tak perlu panik dan cemas. Meskipun Ende, hanya kota kecil saja. Tetapi cukup tersedia hotel di sana. Seperti hotel Ikhlas yang terletak di Jalan A Yani Ende, ada juga Hotel Satamese, di jalan El-Tari. Hotel Mentari di Jl. Pahlawan. Hotel Flores di Jalan Sudirman, serta Hotel Nurjaya di Jl. A Yani. Jika kita ingin bermalam sedikit di luar kota dengan hotel yang sedikit mewah, dapat bermalam di Hotel Flores Mandiri, Jl. Melati. No.1. Ende.