Mohon tunggu...
Irwan Sutisna
Irwan Sutisna Mohon Tunggu... Lainnya - Economic Statistician

Badan Pusat Statistik | Universite Paris 1 Sorbonne | Contact Me : irwan@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Melihat Bagaimana Negeri Paman Trump Menjaga Harga Jual Petani

14 Oktober 2017   18:49 Diperbarui: 15 Oktober 2017   03:13 3589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
articles.herald-mail.com

Sektor Pertanian di Indonesia merupakan sektor dengan peranan sangat penting. Sektor ini memberikan kontribusi terbesar kedua setelah sektor Indusri pengilahan, dengan total kontribusi sebesar 13,49% pada tahun 2015 (Statistik Indonesia, BPS).

Bahkan di banyak propinsi Sektor Pertanian masih merupakan penggerak utama denyut nadi perekonomian dan mendominasi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) serta menyerap paling banyak tenaga kerja. Berbagai kebijakan telah dan sedang dilakukan pemerintah guna meningkatkan sektor pertanian agar lebih maju dan produktif sehingga kesejahteraan petani menjadi semakin baik. Namun, hingga saat ini kehidupan petani di Indonesia masih jauh dari sejahtera. Sehingga profesi petani masih dipandang sebelah mata.

Berbicara tentang kesejahteraan petani sama halnya dengan berbicara pendapatan petani itu sendiri. Semakin baik pendapatannya tentunya akan semakin baik pula kesejahteraannya.  Adapun pendapatan petani erat kaitannya dengan harga jual komoditas pertanian yang dia dihasilkan. Semakin tinggi harga jual tentunya semakin tinggi pula pendapatan yang diterima petani, sebagaima tercermin pada persamaan dibawah ini :

Pendapatan Petani
Pendapatan Petani
Komoditas pertanian merupakan komoditas yang harganya relatif lebih berfluktuatif dibandingkan komoditas dari sektor lain. Hal ini karena ketersediaan komoditas pertanian di pasaran (supply) masih sangat dipengaruhi oleh kondisi alam (biological cyclus). 

Berbagai modifikasi teknis maupun genetis dibidang pertanian memang telah dilakukan seperti membuat saluran irigasi dalam rangka memodifikasi sifat alam agar di musim kemarau tetap tersedia air, domestifikasi hewan ternak guna mengontrol reproduksi dan penyakit, pemberian pupuk guna memodifikasi ketersediaan unsur hara di tanah, penggunaan bebih unggul (Hybrid), pemberian pestisida dan lain sebagainya. 

Namun ketergantungan komoditas pertanian terhadap siklus alam belum dapat dihilangkan. Terlihat dengan adanya beberapa komoditas hanya akan tumbuh secara maksimal pada musim tertentu ataupun kondisi geografis tertentu. Oleh karena itu masih sering kita jumpai pada bulan-bulan tertentu terjadi over-supply komoditas tertentu dan dibulan berikutnya over-supply untuk komoditas lainnya. Hal ini meyebabkan harga komoditas tersebut bisa sangat murah pada suatu waktu dan naik drastis pada waktu yang lainnya.

Komoditas pertanian juga memiliki sifat permintaan yang cenderung inelastis, dimana perubahan harga komoditas pertanian relatif tidak terlalu berpengaruh pada jumlah yang diminta masyarakat. Hal ini disebabkan karena sebagian besar komoditas pertanian adalah sumber makanan pokok seperti beras, jagung, gandum atau umbi-umbian. Sehingga perubahan pada ketersediaan stock komoditi pertanian di pasaran, yang dipengaruhi oleh biological-cyclus, akan direspon dengan perubahan harga yang cukup signifikan.

Selain itu, komoditas pertanian juga pada umumnya merupakan penyedia bahan baku industri makanan (agribisnis). Rantai panjang perjalanan hasil panen petani sebagian besar akan berakhir sebagai bahan baku utama pada sektor agribisnis. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi pemerintah, bagaimana caranya agar terjadi simbiosis mutualisme antara petani sebagai produsen dan perusahaan agribisnis sebagai konsumen hasil pertanian. 

Namun, sektor Agribisnis biasanya dikuasai oleh beberapa perusahaan besar saja (Oligopoli). Mereka, para perusahaan agribisnis, tentunya akan bersaing satu sama lain untuk menghasilkan produk yang tidak hanya berkualitas tapi juga terjangkau harganya sehingga memiliki keunggulan komparatif dan mampu menguasai pasar. 

Untuk itu, salah satu cara nya adalah dengan menekan bahan baku semurah mungkin. Dengan kata lain mereka harus memproduksi bahan bakunya sendiri, hal ini tentunya memerlukan investasi modal yang sangat besar, atau membeli bahan baku dari petani dengan harga semurah mungkin. Fenomena ini banyak terjadi tidak hanya terjadi di negara berkembang seperti Indonesia tapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat (AS).

Perekonomian AS yang dibangun diatas prinsip kapitalisme justru membuat persaingan antar perusahaan agribisnis menjadi semakin sengit. Berbeda dengan negara-negara Uni-Eropa (European Union) yang menerapkan harga minimum produsen (Guarantee Price) bagi setiap komoditas pertanian, AS justru menyerahkan fluktuasi harga komoditas pertanian sepenuhnya kepada mekanisme pasar (Demand-Supply Law). Namun demikian AS tetap melakukan kebijakan-kebijakan guna menjaga ketersediaan komoditas pertanian agar tetap stabil berdasarkan prinsip flexibilitas permintaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun