Mohon tunggu...
M. Iqbal
M. Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Part Time Writer and Blogger

Pengamat dan pelempar opini dalam sudut pandang berbeda. Bisa ditemui di http://www.lupadaratan.com/ segala kritik dan saran bisa disampaikan di m.iqball@outlook.com. Terima kasih atas kunjungannya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Budaya Saman Gayo dalam Jelajah Alam Leuser

3 Januari 2019   10:30 Diperbarui: 5 Januari 2019   12:36 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat yang mendiami Agusen umumnya berasal dari Suku Gayo dan sedikit campuran dari Suku Batak dan Jawa. Mereka sangatlah menjunjungi tinggi adat dan istiadatnya yang sudah ada turun-temurun. Budaya para leluhur yang terus dilestarikan sekaligus berkesinambungan dengan alam Leuser, penopang hidup masyarakat sekitar.

Budaya Saman lintas zaman yang mengakar kuat

Pengalaman ke Leuser begitu identik dengan masyarakat Suku Gayo, mereka menunjung tinggi adat dan budaya para leluhur. Ada banyak keunikan yang lahir di tanah mereka, tentu saja Tarian Saman yang telah mendarah daging bagi masyarakat di sana. Sejak pertama sekali diperkenalkan Syekh Saman dalam berdakwah dan mengenalkan ajaran agama Islam di tanah Gayo.

Anak-anak di Gayo Lues sejak kecil sudah terbiasa dan sangat telaten di setiap gerakan dari  Tarian Saman.  Seakan menjadikan tarian penyambut berbagai simbol dakwah ajaran islam. Budaya Tarian Saman akan terus dilestarikan hingga ke anak cucu kelak sebagai warisan budaya masyarakat Gayo.

Saya seakan bisa melihat anak-anak di sana dengan memperagakan Tarian Saman dari dekat. Seakan tetap mempertahankan jati diri budaya dan identitas mereka sebenarnya. Mereka berlatih siang dan malam, melatih kekompakan tim sampai terbentuk ritme irama yang sesuai dengan anjuran syekh. Sesuai dalam norma di dalam tarian itu yang mencerminkan sifat sopan santun, kekompakan, nilai agama, dan kepahlawanan.

Pakaian penarinya berwarna dengan kombinasi hitam, kuning, dan merah jadi ciri khas Suku Gayo. Tanpa ada iringan alat musik namun hanya menggunakan suara dan tepuk tangan penari dengan kombinasi menepuk dada serta pangkal paha.

Pemain Saman berjumlah ganjil dengan dua orang yang memberikan aba-aba setiap gerakan. Semua gerakan itu begitu padu dan kompak, Syekh sangat perhatian melihat gerakan para penari dan melantunkan syair-syair Saman nan merdu.

Pada tahun lalu, Tarian Saman berhasil memecahkan rekor yang melibatkan 10.000 penari. Jumlahnya bertambah sampai hari H pelaksanaan acara, tercatat ada 12.262 ribu penari dari penjuru Gayo ikut serta dalam pemecahan rekor fenomenal tersebut. Setiap gerakan Tarian Saman punya makna filosofi mendalam khususnya menjaga nilai agama, kearifan lokal budaya, dan alam setempat.

Saya pun harus mengakhiri perjalanan singkat di sana, seminggu waktu yang pendek buat dijalani. Pengalaman tak terlupakan saat di Leuser dan Desa Agusen seakan menyimpan sejuta cerita yang saya simpan di dalam memori.

Tarian Saman dari anak-anak Agusen di sana seakan begitu membekas, di tengah era globalisasi mereka tetap menjunjungi tinggi budayanya. Membekas jadi goresan kumpulan kata dan tulisan bahwa Indonesia begitu memesona akan alam, budaya, dan masyarakatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun