Mohon tunggu...
Harun Imohan
Harun Imohan Mohon Tunggu... Psikolog - Saya anak kedua dari tiga bersaudara. Sebagai sarjana muda, saya hanya bisa menulis untuk sementara waktu karena belum ada pekerjaan tetap.

Aku ber-Majelis maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tata Penduduk Negara dan Pengunjung Warung Kopi

17 September 2017   03:08 Diperbarui: 17 September 2017   05:13 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Budaya "ngopi" di Indonesia rupanya sudah sangat tampak diatas permukaan kehidupan sehari-hari. Ini dibukikan dari berbagai daerah yang ada di Indonesia memberikan sumbangsih dalam dunia per-kopi-an. Rupanya masing-masing daerah saling berkompetisi untuk membuat kopi daerahnya menjadi kopi idaman para tukang "ngopi". Kita bisa lihat di berbagai warung kopi yang memiliki konsep "coffe shop". Disana tepat diatas meja kasir, pelanggan disuguhkan dengan berbagai macam kopi yang ada. Mulai dari kopi Dampit, kopi Aceh, kopi Papua, kopi Tulungagung, kopi Gresik, kopi Pasuruan, dan kopi-kopi dari berbagai daerah lainnya.

Suguhan yang diberikan oleh penjual bertujuan untuk memuaskan pelanggan disamping membuat para pelanggan merogoh koceknya untuk membeli barang dagangannya. Semakin pelanggan membeli barang dagangannya, semakin kecil kemungkinan para pedagang untuk kecewa karena barang dagangannya terjual dan dia mendapatkkan laba. Namun, jika ada pelanggan yang tidak memesan barang dagangannya; kopi hitam, kopi susu, kopi ijo, dan lainnya, maka semakin besar kemungkinan para penjual untuk kecewa.

Tak semua pelanggan warung kopi membeli kopi yang dijual para penjual kopi. Kita bisa lihat ada pelanggan yang hanya masuk di warung kopi dan langsung bergabung bersama temannya yang sudah menikmati kopi tanpa memesan kopi sebelumnya. Meskipun alasannya tidak suka minum kopi, namun, nyatanya warung kopi juga mengantisipasi hal itu dengan menyediakan menu minuman lainnya. Jadi, tidak suka atau tidak biasa minum kopi tidak dapat dijadikan alasan para pengunjung untuk tidak memesan kopi.

Jika ada pengunjung yang seperti contoh diatas, maka saya yakin para penjual dan pemilik warung akan kecewa dan sangat berhak untuk mengusir pengunjung tersebut demi kuota yang tersedia bagi pengunjung lain yang berpotensi untuk memesan kopi atau menu lainnya yang dijual di warung. Pengunjung senang menikmati kopi atau minuman yang dibeli dari warung membuat pemiliki warung senang pula karena barang dagangannya terjual dan mendapatkan laba.

Kiranya contoh kasus diatas sama dengan kondisi yang ada di sebuah Negara, ambil saja contoh di Indonesia. Penduduk Indonesia mencapai 135 juta menurut sensus bang Rhoma dalam sebuah syair lagunya yang pernah meledak di telinga para penikmat musik era 80' an. Bisa kita bayangkan era modern ini sudah pasti lebih banyak penduduknya Tentunya penduduk yang sangat padat memenuhi setiap wilayah yang ada di Indonesia. Beragamnya penduduk yang tinggal di Indonesia memiliki karakter dan sifat yang beragam pula. Bahkan, satu orang dengan orang yang lain bisa memiliki banyak perbedaan apalagi jika melihat perbedaan dalam manusia dengan jumlah yang banyak, pasti akan banyak perbedaan pula.

Ada penduduk yang sangat dibutuhkan di Negara, contohnya para pejuang bangsa yang sangat berkontribusi bagi kehidupan bangsa dan Negara. Namun ada juga penduduk yang biasa saja. Maksudnya penduduk biasa saja adalah kehadiran penduduk tersebut tidak begitu berdampak akan stabilitas berjalannya Negara. Terakhir, ada penduduk atau sekelompok penduduk yang kehadirannya sangat tidak diharapkan Negara karena kehadirannya hanya merusak dan merugikan bangsa.

Lalu, apa hubungannya penduduk bangsa dan pengunjung warung kopi?

Kedua pemaparan kasus diatas memiliki kesamaan. Paling menonjol yang bisa kita amati adalah prinsip dari para juragan warung kopi, "semakin banyak barang belanjaan pengunjung yang dibeli dari warung, semakin senang para penjual warung dan potensi pengunjung untuk diusir semakin kecill". 

Tak berlebihan dan terasa nyata serta bukan sesuatu yang aneh jika ini disamakan dalam tataran kependudukan yang ada dalam sebuah Negara. Jika penduduk disuatu Negara memberikan banyak kontribusi nyata, maka penduduk tersebut membuat Negara senang dan memiliki kemungkinan kecil potensi untuk diusir.

Penduduk yang memberikan banyak kontribusi sama halnya dengan para pelanggan yang banyak menguntungkan para juragan warung. Namun jika ada penduduk yang kehadirannya hanya merusak tatanan dan stabilitas suatu Negara, maka besar kemungkinan ruang untuk tinggal dalam Negara tersebut semakin sempit, bahkan layak untuk diusir. 

Penduduk semacam ini sama dengan para pengunjung warung kopi yang ada duduk ber-jam-jam diwarung kopi tanpa membeli dagangan yang dijual oleh pihak warung kopi. Pengunjung tersebut memiliki banyak peluang dan menguatkan alasan para juragan warung kopi untuk mengusirnya dan menggantikan tempat duduknya untuk persediaan bagi para pengunjung yang lain yang berpotensi menguntungkan para juragan warung kopi.

"Sesungguhnya tulisan ini tidak ada hubungannya dengan sinetron, film atau cerita fiksi mengenai warkop yang saat ini sedang booming"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun