Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD '45 Adalah Harga Mati

22 Juli 2017   20:13 Diperbarui: 23 Juli 2017   11:43 7001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: temponews41.blogspot.id

Bangsa Indonesia wajib bersyukur  kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia yang sangat besar tak ternilai, berupa Kemerdekaan terlepas dari penjajahan kolonialisme selama 350 tahun. Karunia yang Tuhan berikan kepada bangsa Indonesia, bisa jadi karena bangsa ini dan para pemimpin pemimpinnya bersama para ulama NU senantiasa bersyukur,  sehingga Tuhan Yang Maha kuasa, dan lagi lagi Tuhan Yang Maha Pengasih itu menambahkan nikmatnya lagi kepada Indonesia ini, sehingga jika dihitung hitung, semua manusia Indonesia jika dikumpulkan pada akhirnya tak sanggup lagi menghitungnya karena ternyata menjadi tak terhitung banyaknya nikmat itu.

Kemerdekaan yang merupakan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa ini,  kemudian dengan semangat tinggi oleh para pendiri negara diberikan wadah yaitu NKRI.Dan selanjutnya dihiasi dengan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam rangka berbangsa dan bernegara, sekaligus berfungsi sebagai dasar negara. Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan, wahai Indonesia! Karena Bhineka Tunggal Ika itu telah menjadi satu diantara corak dan warna Indonesia, itu juga merupakan ni'mat dari Tuhan YME, engkau lihatlah! didalamnya ada keaneka-ragaman bahasa, agama, suku bangsa, ada kemajemukan, berbeda-beda namun tetap satu jua, dan janganlah engkau bercerai berai.

Janganlah engkau menganggap paling berjasa, apalagi menganggap paling memiliki Indonesia ini, orang lain hanya menumpang. Karena bumi dan air serta kekayaan yang terkandung didalamnya itu, Kami karunian bukan hanya untuk orang betawi saja, jawa saja, padang saja, papua saja, cina saja, arab saja, tetapi untuk kalian yang telah berikrar, telah bersumpah setia: berbangsa, berbahasa, bertanah air satu " Indonesia". Lihatlah di cakrawala sana, pancaran cahaya berkilauan, cahaya dari surga menyaksikan sumpah ikrar kalian disaksikan para malaikat-malaikat di langit. Jika kalian ingkar terhadap sumpah kalian niscaya akan mendapat laknat Allah.

Jangan sekali-kali lupa sejarah sesungguhnya kita memiliki semangat kebhinekaan yang diwarnai dengan toleransi yang telah dirawat dibangun oleh pendiri bangsa dan para ulama NU dan komponen bangsa yang cinta damai, tujuannya agar Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap utuh lestari steril dari gerakan radikalisme ekstrim kiri maupun ekstrim kanan. Sikap toleransi yang telah diajarkan dan diwariskan oleh para pendiri bangsa dan ulama NU pada hakekatnya juga merupakan karunia Tuhan, demikian juga ke- Bhineka-annya yang diwadahi dalam suatu Negara Kesatuan Republik Indonesia" NKRI", dan semangat UUD1945, semua itu harus dipertahankan.

Sumbangsihnya kepada negara ini yang telah disumbangkan oleh NU dalam mendirikan dan membangun NKRI, dibarengi dengan semangat Islam yang rahmatanlil'alamin, sangat besar. Dengan kata lain di dalam NKRI oleh NU ternyata ada ghirah keagamaan yang tinggi, sehingga fondasi NKRI menjadi semakin kokoh, tidak mudah roboh. Namun demikian para kiyai NU sampai dengan santri-santrinya tidak pernah takabur, tidak pernah pamer diri apalagi menepuk dada " lihatlah RI berdiri, RI besar karena NU", ucapan demikian itu tidak boleh keluar dari mulut NU.  Bahkan kini kewajiban para dai, kiyai, dan seluruh masyarakat NU melanjutkan tugas berat yang diamanatkan para pendiri NU untuk memikul tanggung jawab. Ada dua tanggung jawab besar, yaitu:

Pertama tanggung jawab keagamaan yakni memperkenalkan, menyampaikan,  mensosialisasikan Islam yang rahmatanlil'alamin, berlomba-lomba  dalam kebaikan, bercorak Indonesia yang dikenal Islam Nusantara sebagai corak Islam yang ada di Indonesia, wajah Islam yang berkemajuan, moderat, menjunjung tinggi toleransi, wajah islam yang tidak menghujat, tidak memaki, tidak mengkafir-kafirkan pihak lain.  Kedua tanggung jawab untuk mempertahankan Pancasila sebaga dasar negara, menjujunjung tinggi kebangsaan dan kebhinekaan, menjaga NKRI dan mempertahankan dan menegakan konstitusi UUD '45. Kiprah para dai, santri dan kiyai, serta seluruh masyarakat Nahdlatul Ulama kontribusinya terhadap NKRI  sedapat mungkin diikuti oleh saudara-saudara kita diseluruh pelosok negeri ini, apapun agamanya, dan suku bangsanya.

Setidaknya itulah yang dicatat dalam sejarah, bagaimana pentingnya PBNU: Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD '45 yang sudah berkali-kali dapat dibuktikan, semangatnya saja mampu mengusir penjajah.  Setiap ada gerakan sekelompok orang yang ingin mengacak-acak Indonesia pasti hancur, padahal NU baru menghardik belum sampai NU ikut-ikutan menggebug.  Namun demikian tugas pertama NU yakni pembinaan umat agar menjadi pribadi pribadi NU sesungguhnya yang harus lebih ditingkatkan. Memang mensyiarkan wajah Islam yang bercorak NU atau sesuai dengan keinginan-keinginan NU tidaklah mudah. Tantangannya tidak sedikit, yang datang dari luar telah datang mewabah aliran-aliran radikal, selain mereka menentang sistem ketatanegaraan Indonesia, mereka juga selalu menganggap diri mereka paling benar.

Sasaran dakwah NU adalah perlu membangun umat yang memiliki Saksiyah Islamiyah Nahdliyah, sehingga benar benar menjadi Ahlusunnah Waljamaah Anadliyah, dengan kata lain membentuk personifikasi yang Islami ala NU. Saksiyah Islamiyah Nahdliyah itu sebagai saksiyah yang punya komitmen keagamaan yang kuat tetapi juga yang mempunyai komitmen kenegaraan sekaligus memiliki komitmen kebangsaan  yang tangguh diwarnai adanya kemajemukan, kebhinekaan dan toleransi, itulah ciri Ahlusunnah Waljamaah Anadliyah.  Hal ini untuk membedakan dari sekelompok islam radikal yang lagi tumbuh di negeri ini, mereka menganggap dirinya juga sebagai ahlusunnah waljama'ah. Bedanya tidak ada ciri saksiyah Annahdliyah-nya.

Mungkin bisa disebutkan sebagai ahlusunnah waljamaah ISIS-siyah yang suka membunuh sesama muslim, mengebom kemana-mana, ahlusunnah waljamaah--wahabiyah suka membidah-bidahkan mengkafir-kafirkan pihak lain, DAESH-iyah sama dan sebangun dengan ISIS, HTI-iyah yang anti Pancasila dan seterusnya. Mereka dari segelintir orang yang menganggap dirinya paling benar dinegeri ini. Isi da'wahnya hanya mengedepankan ghirah keagamaan saja, tidak ada sedikitpun rasa kebangsaan dan nasionalisme. Orang seperti ini akan melahirkan faham radikal yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam. 0rang lain yang tidak sealiran dengannya dianggapnya salah, semuanya bidah, kafir, masuk neraka.

Mereka sangat menentang para Kiyai NU dan ajarannya yang mengajarkan semangat dan jiwa keber-agamaan, kebernegaraan, kebangsaan yang didalamnya ada rasa toleransi, kemajemukan, kebhinekaan dan keseimbangan. Warga NU berkomitmen dengan bimbingan oleh para ulama  selalu memegang teguh dua komitmen itu yaitu ke-agamaan dan kebangsaan. Pancasila , Bhineka Tunggal Ika dan kesetiaannya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dan konstitusi negara UUD '45 adalah komitmen kebangsaan. Menebarkan, Islam yang rahmatanlil'alamin, islam moderat, toleran, menjunjung tinggi kebhinekaan dan kemajemukan adalah dalam rangka komitmen keagamaan, itulah isi da'wah NU. Sebagai organisasi Jam'iyah Diniyah sebagai organisasi keagamaan NU harus tetap memegang teguh prinsip-prinsip keagamaan yang diajarkan oleh para pendiri NU.

Memegang teguh aqidah Ahlussunah Waljamaan Annahdliyah memiliki identitas ke NU-an, akidahnya menurut dan mengikuti al-Asy'ari dan Maturidi dan cara berfikirnya  adalah cara berfikir tawasutiyah (moderat), tasamuh (toleran) dan seimbang sesuai dengan porsinya, cara berfikir dan bertindak tidak tekstual tetapi juga tidak liberal. Itulah hebatnya NU, diakui sebagai organisasi keagamaan di Indonesia yang mempunyai andil/pemodal terbesar terhadap berdirinya negeri ini, Republik Indonesia. Sebagai pendiri negara ketika banyak pihak-pihak yang berkecenderungan membenturkan NU dengan pihak lain, mengadu domba antar ulama NU. Tentu saja berkat kemurahan Tuhan saja fitnah yang datang baik dari dalam maupun dari luar, NU dapat mengantisipasinya dengan baik, karena NU punya Maharij dan solusi fiqiyahnya yang pasti konstruktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun