Mohon tunggu...
NikenDe
NikenDe Mohon Tunggu... Guru - Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Lahir di sebuah desa yang terletak ditengah hutan jati. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Banyuwangi. Daerah yang terlanjur terkenal kembali dengan sebutan Desa Penari. Niken kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan satu semboyan Ajaib dari mereka bahwa "Pasti ada jalan jika itu untuk biaya pendidikan." That is TRUE. Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru SD di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi Bapak Ibu terkabul. Hobi menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan manfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ogoh-Ogoh di Kampung Bhineka

11 Maret 2024   00:16 Diperbarui: 11 Maret 2024   00:22 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penantian sejak sore hari akhirnya terbayarkan. Prosesi yang ditunggu selama 1 tahun datang juga. Kirab ogoh-ogoh menyambut datangnya hari raya Nyepi.

Kegiatan tahunan ini sangat ditunggu oleh masyarakat Desa Grajagan. Desa yang sarat dengan tingkat toleransi yang tinggi. Seyiao kegiatan keagamaan apapun itu selalu melibatkan umat dari semua agama yang ada di desa ini. 

Ketika kirab ogoh-ogoh mulai berjalan pata petugaa kemanan dari pemuda berbagai agama sudah siap di jalan-jalan untuk mengatur lalu lintas bahkan mengamankan jalur yang akan dilalui oleh umat hindu yang sedang berkegiatan.

Padatnya pwnonton
Padatnya pwnonton

Tidak hanya itu, persiapan ogoh-ogoh pun dibantu oleh mereka. Rasa saling inilah yang menghadirkan kerukunan di desa yang terletak di ujung selatan Kabupaten Banyuwangi ini.

Setiap ada kegiatan keagamann apapun selalu terjadi proses kerjasama yang baik dari umat Islam, Hindu, Budha, Kristen dan Katholik. Mereka guyub rukun bahu membahu mensukseskan dan mengamankan acara tersebut.

Ogoh-Ogoh berasal dari kata ogah-ogah yang  merupakan Bahasa Bali dengan makna sesuatu yang digoyang-goyangkan. Ogoh-ogoh sendiri direpresentasikan sebagai Bhuta Kala atau raksasa. Dalam bentuk patung, Ogoh-ogoh umumnya digambarkan sebagai sosok besar yang menyeramkan. (Dari berbagai sumber)

Malam ini di Desa Grajagan yang memiliki 2 Pura (tempat ibadah orang Hindu) sudah riuh sejak senja. Bunyi gamelan khas unat Hindu sudah terdengar bersahutan. Di Lapangan Desa sudah dipenuhi dengan umat Hindu yang membawa beberapa buah ogoh-ogoh, satu liong liong dari umat Budha dan para penonton yang turut memadati jalan seputar lapangan desa.

Akhirnya boneka besar berbentuk kala itu diarak keliling jalan besar desa. Tak lupa Bapak kepala desa memberikan sambutan sebagai apreasiasi dan dukungan kepada umat Hindu yang akan menyambut Hari Raya Nyepi. Atraksi demi atraksi dilakukan di pusat desa yaitu jalan pertigaan pasar desa. Letusan kembang api, goyangan ogoh-ogoh yang diiringi musik bali menghadirkan suasana damai dan tentram.

Setelahnya ogoh-ogoh pun dibawa ke dua Pura untuk kemudian dibakar yang menandai dibakarnya atau dihanguskannya dan dihilangkannya sifat-sifat buruk dan angkara murka. Inilah hakikat dari nyepi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun