Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Asesmen: Antara Kualitas dan Kepraktisan

20 April 2019   18:51 Diperbarui: 20 April 2019   19:40 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh: Christian Tangkere (Ilmu Ekonomi 2018), Staf Departemen Kajian dan Penelitian Himiespa FEB UGM 2019

Suatu asesmen harus mampu menghasilkan informasi yang kredibel, sehingga standar teknis dari pelaksanaan asesmen harus dapat dipertanggungjawabkan. Dalam konteks seperti ini, performance assessment kurang dipercaya oleh para pengguna informasi asesmen dari luar sekolah yang terbiasa menggunakan informasi dari ujian yang dilakukan secara tradisional yang umumnya tergolong selected-response assessment.

Penalaran Ekonomi dalam Merencanakan Asesmen

Dari paparan mengenai kualitas dan kepraktisan asesmen, dapat dilihat bahwa pendidik menggunakan kerangka berpikir sebagai homo economicus, yakni menerapkan kerangka berpikir ekonomi untuk mendesain suatu asesmen. Kerangka berpikir ekonomi secara tidak langsung digunakan karena pendidik diperhadapkan pada berbagai macam batasan untuk menyusun dan melaksanakan asesmen yang berkualitas. Parkin (2012: 8--9) menyatakan bahwa dalam membuat suatu keputusan ekonomi, ada beberapa gagasan yang mendasari pengambilan keputusan seseorang. Pertama, keterbatasan yang ada membuat seseorang harus melakukan pengorbanan dalam menentukan pilihan. Kedua, dengan mengasumsikan manusia sebagai makhluk yang rasional, seseorang membandingkan biaya yang harus ia tanggung dan manfaat yang dia terima dalam membuat keputusan. Manfaat merupakan suatu hal yang paling diinginkan dan oleh karenanya seseorang rela melakukan pengorbanan untuk mendapatkannya. Di sisi lain, biaya yang dibandingkan dengan manfaat bukan hanya biaya yang secara eksplisit dikeluarkan oleh seseorang, tetapi juga biaya implisit yang mencakup alternatif-alternatif lain yang tidak dipilih. Keseluruhan biaya eksplisit dan implisit ini disebut biaya kesempatan. Ketiga, perbandingan yang dilakukan oleh seseorang secara spesifik adalah antara manfaat marginal (tambahan manfaat yang diperoleh dari tambahan suatu aktivitas) dan biaya marginal (tambahan biaya yang ditanggung dari tambahan suatu aktivitas). Keempat, pengambilan pilihan sangat tergantung pada insentif yang tersedia. Oleh karena penyusunan asesmen merupakan salah satu bentuk pengambilan keputusan yang memerhatikan batasan, maka kerangka berpikir ekonomi dapat diterapkan untuk mengevaluasi berbagai bentuk asesmen. Analisis ekonomi terhadap pilihan bentuk asesmen dapat digambarkan dalam bentuk kurva manfaat marginal dan biaya marginal. Dengan mengadaptasi kurva manfaat marginal dan biaya marginal yang diperkenalkan Parkin (2012: 35), maka manfaat marginal dan biaya marginal dari suatu bentuk asesmen dapat digambarkan sebagai berikut.

Sumber: Penulis
Sumber: Penulis

Dalam gambar tersebut, garis berwarna hijau merupakan kurva yang menggambarkan pergerakan manfaat marginal (MB = marginal benefit). Dalam hal ini, manfaat marginal diasumsikan mengalami hukum marginal yang semakin menurun. Garis berwarna merah merupakan kurva yang menggambarkan pergerakan biaya marginal (MC = marginal cost). Daerah yang diarsir dengan garis berwarna biru menggambarkan surplus ekonomi optimum. Kondisi ini tercapai ketika seluruh sumber daya teralokasi secara efisien. Kondisi ini sering disebut sebagai efisiensi alokatif (Samuelson dan Nordhaus, 2010: 160--161). Oleh karena asesmen merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi mengenai kesuksesan peserta didik dalam proses pembelajaran, maka Q adalah kuantitas informasi yang diperoleh dari suatu asesmen, sedangkan P menggambarkan "harga" yang harus dikeluarkan oleh pendidik dalam menghasilkan informasi dengan bentuk asesmen tertentu. Ketika efisiensi alokatif tercapai, maka P sama dengan manfaat marginal dan biaya marginal. Oleh karena P sama dengan biaya marginal, maka pada titik ini P merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan informasi dengan bentuk asesmen tertentu. Dengan bantuan kurva, analisis secara ekonomi mengenai bentuk-bentuk asesmen dapat dilakukan. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa asesmen yang sedang dianalisis diorientasikan untuk menjadi bahan pengambilan keputusan yang signifikan (high-stakes assessment). Selain itu, faktor-faktor teknis yang memengaruhi akurasi dan keadilan asesmen dianggap konstan. Hal ini karena faktor-faktor tersebut sangat bergantung pada konteks setiap pendidik dan peserta didik sehingga harus diasumsikan konstan agar dapat melakukan generalisasi.


Tinjauan terhadap Ujian Terstandar

Salah satu bentuk high-stakes assessment yang dilakukan dengan format selected-response assessment adalah ujian terstandar (standardized test). Ujian terstandar merupakan asesmen yang umum digunakan di sebagian besar sistem pendidikan dalam menentukan kelulusan peserta didik. Di Indonesia, ujian terstandar dapat dibandingkan dengan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Pada umumnya ujian ini disusun dengan format pilihan ganda dan diperiksa baik menggunakan medium kertas maupun komputer. Ujian terstandar juga tidak menilai kemampuan peserta didik atas seluruh mata pelajaran yang dimandatkan oleh kurikulum. Dengan informasi ini, maka analisis terhadap ujian terstandar dapat digambarkan dalam bentuk kurva sebagai berikut.

Sumber: Penulis
Sumber: Penulis

Pergerakan kurva manfaat marginal dari MB' menjadi MB" menjelaskan bahwa penerapan ujian terstandar yang umumnya berlaku saat ini menurunkan manfaat yang diperoleh pendidik dalam menilai kesuksesan peserta didik. Ada beberapa hal yang membuat manfaat dari ujian terstandar rendah. Pertama, sebagian besar ujian terstandar hanya menguji kemampuan peserta didik pada beberapa mata pelajaran. Hal ini berarti para peserta didik tidak dapat menarik kesimpulan mengenai kemampuan peserta didik pada mata pelajaran lainnya yang tidak dimasukkan dalam tes. Kedua, meskipun reliabilitas dari ujian terstandar sangat tinggi, validitas asesmen ini sangat lemah karena format yang digunakan sangat kaku, sehingga cakupan kompetensi yang dapat diukur melalui asesmen ini sangat sedikit. Padahal validitas merupakan kualitas asesmen yang secara langsung berhubungan dengan proses penarikan simpulan mengenai keberhasilan peserta didik. Format yang kaku membuat validitas ujian ini rendah dalam mengukur kompetensi siswa secara utuh, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Dari sisi biaya, seharusnya ujian terstandar yang berlaku secara umum hanya mengeluarkan sedikit biaya. Ujian terstandar seperti UNBK di Indonesia disusun oleh pemerintah, sehingga dalam beberapa kasus, peran pendidik dalam mengembangkan asesmen dapat dikatakan tidak ada. Penggunaan teknologi komputer dalam ujian terstandar dapat membuat biaya untuk melakukan penilaian berkurang. Meskipun demikian, pendidik sesungguhnya terlibat secara tidak langsung dalam meningkatkan biaya pelaksanaan ujian terstandar. Penelitian yang dilakukan oleh Herman dan Golan (1991: 23--31) menunjukkan bahwa pendidik menyesuaikan rencana pengajaran mereka dengan ujian terstandar terdahulu agar pengajaran yang dilakukan dapat mencakup konten ujian terstandar. Selain itu pendidik juga mengalokasikan waktu belajar yang signifikan untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi ujian terstandar, umumnya melalui proses drilling soal-soal yang mirip dengan soal-soal yang diujikan pada ujian terstandar. Fenomena ini lebih jelas pada sekolah-sekolah dengan peserta didik yang berasal dari latar belakang sosial dan ekonomi yang rendah. Dalam ilmu pendidikan, fenomena yang baru saja dibahas dikenal sebagai washback effect. Scott (2016: 151) menggambarkan washback effect sebagai suatu efek dari suatu asesmen yang dapat mentransformasi beberapa hal, seperti kurikulum, pengajaran, kapasitas individu, dan struktur dari pengetahuan seseorang. Dalam kaitannya dengan asesmen, washback effect termanifestasikan dalam usaha peserta didik untuk mengembangkan kerangka berpikirnya agar cocok dengan bentuk ujian yang diberikan. Dalam keadaan seperti ini, asesmen tidak dapat dipandang sebagai alat yang mendeskripsikan pengetahuan dan kemampuan peserta didik secara independen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun