Mohon tunggu...
Heru Sudrajat
Heru Sudrajat Mohon Tunggu... Wiraswasta - pernah menjadi PNS di Disnaker Propinsi Jambi dan pernah bekerja di Harian Sriwijaya Pos Palembang

Pernah bekerja diharian Sriwijaya Pos Palembang sebagai wartawan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jangan Tutup Cendela Mimpi Itu

31 Agustus 2018   00:34 Diperbarui: 31 Agustus 2018   00:46 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti katamu, jika semua pintu tertutup. Bisa masuk lewat cendela mimpimu.

Rasanya penat jiwa  ini menatap jauh dari mimpiku yang melayang diantara kesunyian tengah malam. Dan terlalu tinggi untuk meraih korden yang menyekat cendela penuh dengan ornament masa lalu.

Sementara bayang-bayang wajahmu terselip diantara lipatan kain korden cendela, melambai lambai penuh makna.  Aku jadi ragu meniupkan rindu yang kubawa setiap waktu.

Lalu terdengar suara lirih dicelah bilik ruang hatimu yang selalu menyenandungkan kisah-kisah lama. Aku tak tahu tentang perjalanan masa lalumu yang dihantui dengan kekecewaan tajam. Menggores diantara paitnya bermain asmara.

Benarkah itu suaramu? Yang memanggil-manggil dicendela mimpimu? Sungguh berat masuk dipusaran mimpimu. Mungkin cendela mimpimu terlalu tinggi untuk disinggahi. 

Jangan tutup cendela mimpimu. Sebelum kutata tangga dengan aksara dan nyanyian pelipur lara.

Sungailiat, 

Bangka akhir Agustus 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun