Ia tamuku. Tamu yang tak pernah kuundang dan tak mau pergi. Diusir pun bergeming. Setiap kali aku ke luar rumah, beraktivitas, lalu pulang, Luka sudah menantiku di kamar.
Akhirnya, kuajak Luka bicara: maunya apa, mengapa, dan lainnya. Kami bercakap-cakap sampai aku tertidur.
Setiap hari seperti itu. Sampai-sampai setiap kali ke luar rumah, aku jadi ingin cepat pulang. Ingin segera bertemu dengannya.Â
Hingga pada suatu senja, kupercepat langkah kakiku. Tak sabar segera tiba di rumah. Aku membuka pintu kamarku lebih gembira dari sebelumnya.
Aku tahu, Luka pasti sedang menungguku seperti biasanya.
Akan tetapi ...
Aku mencarinya di setiap kamar dan ke setiap sudut rumah hingga ke halaman. Tak ada.
Dan, saat aku kembali ke kamar, kutemukan ini pada secarik kertas:
"Ein, aku telah pergi. Aku tak tahu, apakah aku akan bertemu dirimu lagi atau tidak. Namun bila aku datang, apakah engkau mau menerimaku lagi?"
Salam. HEP.-