Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Festival Cheng Beng, Alat Almarhum untuk Eratkan Anak Cucu

6 April 2019   16:06 Diperbarui: 21 September 2023   19:09 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doa bersama di kuburan (dok. pribadi)

Ziarah yang pertama kami lakukan di sebuah kuburan tua yang merupakan kuburan mendiang kakeknya mama.

Setibanya di sana, ternyata belum ada siapapun yang berziarah selain kami. Suasana hening dan gelap-gulita ditemani ramainya bunyi jangkrik, angin dingin menembus jaket, dengan bau-bauan tanah memasuki hidung. Kuburan yang biasanya terasa angker, pagi ini dimasuki dengan perasaan hati yang stabil sekali. Tidak ada ketakutan, tidak ada kebimbangan. Kekesalan tadi pun hilang tertelan oleh keheningan hutan.

Kami masuk menyisiri kuburan demi kuburan menuju kuburan yang dimaksud. Sesampainya di sana, kami pun melakukan hal yang umumnya dilakukan peziarah. Berkumpul, memasang lilin dan kemudian seorang yang tertua mulai memimpin.

Ia menyapa almarhum seolah-olah almarhum keluar datang menyambut kedatangan tamu yang adalah cucu-cicitnya. Almarhum senang, terharu, rindu terbalaskan dengan perjumpaan itu, maklum lama tidak berjumpa.

Ucapan yang tidak kaku, malah terkesan akrab dan sering bernada gurauan. "Akung (dialek Hakka yang berarti kakek), kami cucumu, cicitmu, datang berkunjung pagi-pagi. Kami ingat sama akung, maka kami datang. Ada ... yang belum bisa datang, akung jangan marah dia, dia lagi ... lain kali kami ajak. Akung, cicit mu udah besar-besar, si A udah nikah, si B sudah melahirkan, si C buka usaha baru", dan curhatan-curhatan lainnya.

Doa bersama di kuburan (dok. pribadi)
Doa bersama di kuburan (dok. pribadi)
suasana ziarah yang khikmat (dok. pribadi)
suasana ziarah yang khikmat (dok. pribadi)


"Doakan kami cucu cicitmu yang masih ada di dunia biar sehat-sehat, pekerjaan baik-baik, usaha lancar-lancar. Akung tahu kami, kau kan lihat cucu cicitmu, ada masalah apa mau kasi tahu jalan keluar... Akung mau kasi mimpi ke cucumu (untuk togel) ", beginilah percakapan yang terjadi dan sekali-sekali ada tawa gelik dari yang hadir karena topiknya nyeleneh. Orang-orang tua yang hadir itu mengenang kembali sosok kakeknya yang mereka kenal selama hidup. 

Setelah puas bincang-bincang, kegiatan kami lanjutkan dengan berdoa bersama. Adapun kuburan yang dikotori oleh sampah dan rumput yang tinggi itu dibersihkan, dipasangi lilin, dan ditaburi bunga.

Selesai dengan kuburan yang satu kami pun menuju kuburan selanjutnya di lokasi berbeda. Kami tiba di sana pukul 5.35 dan melakukan hal yang kurang lebih sama dengan apa yang dilakukan di kuburan sebelumnya. Kuburan ini adalah kuburan kakek-nenek Penulis (ayah-ibu dari Mama).

Dalam ziarah di lokasi yang kedua, anggota yang tadinya tidak hadir kemudian datang. Semua kekesalan sebenarnya sudah sirna tertinggal di kuburan sebelumnya. Isi hati yang mengganjal tidak dibicarakan lagi, tidak ada singgung-menyinggung lagi, karena sama-sama sudah tahu kesalahan. Kebersamaan selama ziarah nampaknya telah meruntuhkan tembok-tembok kekerasan hati masing-masing.

Setelah bersih-bersih, memasang lilin, tabur bunga dan doa bersama, acara pun selesai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun