Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - Pengajar dan buruh tani separuh hati di kampus desa

menulis dan bercerita tentang segala hal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jika Tulisan Terpilih Kartini Menjadi Bacaan Wajib di Sekolah, Pendidikan Indonesia akan Jadi Bagaimana?

28 April 2024   22:08 Diperbarui: 28 April 2024   22:16 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar:kompas.com

Dalam Sebuah diskusi kelas, muncul pertanyaan, bagaimana tulisan-tulisan terpilih Kartini menjadi bacaan wajib di Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah di Indonesia? Pemikirannya yang kaya daya dan mencerahkan, kalau semua dibaca sejak SD, SMP dan SMA, Indonesia akan jadi bagaimana?

Sejak kecil, RA Kartini telah aktif menulis dan tertarik pada pemikiran perempuan Eropa. Ketertarikannya ini dipengaruhi oleh bacaannya dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa.

Melalui literatur Eropa, Kartini berusaha memajukan emansipasi perempuan pribumi yang masih terpinggirkan secara sosial dan budaya.

Salah satu sumber bacaan utamanya adalah surat kabar Belanda De Locomotief yang dipimpin oleh Pieter Brooshooft, dan beberapa buku seperti Max Havelaar karya Multatuli, Doromen van het Ghetto karya Israel Zangwill, dan buku-buku lainnya, membentuk pemikirannya tentang pembebasan sosial, terutama bagi perempuan.

Selain membaca, beberapa tulisannya dimuat di kabar Belanda De Locomotief. Tulisannya sering membahas tentang pendidikan kaum Bumiputra, emansipasi perempuan dan masalah sosial dalam surat-surat berbahasa Belanda yang dikirimkan kepada Stella Zeehandelaar, sahabat penanya.

Jikalau Kartini yang saat itu masih berumur belasan tahun tidak bersentuhan dengan literatur adihulung penulis-penulis hebat, kita tentu tak dapat membayangkan bagaimana nasib diskursus pemikiran tentang pembebasan perempuan dalam kancah pergerakan perempuan indonesia saat ini.

Gagasannya tentang pembebasan perempuan tercermin dalam surat-suratnya yang kemudian dibukukan dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang".

Buku ini menjadi salah satu karya penting dalam pemikiran emansipasi perempuan di Indonesia. Terjemahan dan publikasi surat-surat Kartini oleh Balai Pustaka pada tahun 1922, dengan Armijn Pane sebagai penerjemah, membuat pemikiran Kartini mudah diakses oleh masyarakat luas.

Akan tetapi, pengelaman sejak masa sekolah dulu, mungkin hingga saat ini, perpustakaan sekolah hanya memiliki satu atau dua buku mengenai Kartini, dan itu pun hanya terbatas pada "Habis Gelap Terbitlah Terang" karya Armijn Pane.

Sementara itu, buku-buku yang membahas pemikiran dan kontribusi Kartini dalam pembebasan perempuan jarang sekali ditemui. Karya-karya seperti "Panggil Aku Kartini Saja" karya Pramoedya Ananta Toer bahkan masih dianggap kontroversial oleh negara dan kurang diminati.

Meskipun juga saat ini banyak bahan bacaan tentang gagasan dan pemikiran Kartini dapat diakses dengan mudah melalui internet, namun itu tidaklah cukup. Harus menjadi bacaan wajib yang dipelajari di sekolah, dan minat harus dibangun.

Seandainya semua sekolah membaca tulisan-tulisan Kartini sejak dini, Indonesia akan memiliki generasi yang lebih tercerahkan tentang pentingnya pembebasan sosial, terutama bagi perempuan yang masih terbelenggu oleh budaya patriarki modern.

Pemahaman yang lebih dalam tentang perjuangan Kartini dan pemikirannya, generasi muda dapat lebih menghargai hak-hak perempuan dan berkontribusi dalam memajukan emansipasi di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun