"Ayo Karin, makan  , yang banyak. Tante bikin soto nih. Kata mamamu kamu suka sekali soto ya." Aku mengangguk dan mengambil soto di mangkuk besar. Sekali lagi aku melihat tatapan teman-teman mama melihat ke arah pakaianku emang ada yang salah dengan pakaianku????  Aku bergegas kembali ke gazebo . Tempat ini lebih nyaman daripada di dalam. Mungkin itu cara mereka memperlihatkan strata kekayaan mereka dari cara berpakaiannya.. Bersaing untuk memperlihatkan kekayaan mereka. Aduh, apa sih enaknya hidup seperti itu.  Meraka akan selalu panas kalau ada temannya yang melebihi mereka.
      "Mengapa kamu terlihat kesal ?" tanya Tara. Aku menoleh dan menatapnya.
      "Emang kamu gak sebal melihat ibu-ibu itu. Matanya selau memperhatikan penampilan aku dan pastinya yang lain juga. Aku tahu mereka pasti akan memperlihatkan kalau mereka yang paling bagus bajunya dan wah. Emang gak ada kerjaan lain dari pada menghambur-hamburkan uang,"cetusku. Aku marah dan aku lupa yang aku ajak ngomong bukan Galih tapi Tara. Aku tersadar dan diam. Aku meneruskan makanku.
      "Kalau gitu termasuk mamamu dong," tukas Tara sedikit mengejek.
      "Memang iya," sentakku keras.
      "Atau kamu malu karena mamamu tak sekaya yang lain," ejek Tara lagi. Aku mulai kesal
      "Sori saja. Aku sih  gak menganggap kekayaan itu segalanya. Coba lihat, kalau aku ingin dianggap kaya atau kaya beneran, pastilah aku main dengan  grupnyaSasha, tapi aku gak,"tukasku dengan nada sebal. Aku berdiri dan langsung menjauh dari Tara. Bodo amat , Tara marah padaku. Toh aku tak akan pernah lagi berhubungan dengan dia.  Aku mencari mama dan mengajaknya pulang.
      "Mam, aku sakit kepala, pulang ya,"rayuku. Mama mendelik kesal.
      "Aduh, Karin ini baru jam semibilan," tukas mama. Aku pantang menyerah, aku tarik --tarik gaun mama.
      "Nanti dulu sayang, mama masih ada yang mau dibicarakan,"tukasnya.
      "Ya, sudah, mana kunci mobilnya, Karin tunggu di mobil saja," aku menengadahkan tangan meminta kunci mobil pada mama. Mama menatapku aneh.