Tapi semua terlambat dan sudah terjadi. Bedanya, orang bijak akan melakukan evaluasi; sedangkan orang bebal terus melakukannya meski ia tahu keliru dan tidak peduli.
Jika diibaratkan --meski sedikit berlebihan dan aku sadar-- Granit Xhaka adalah Wiranto: tetap menjadi pilihan utama walau sudah berganti kepemimpinan, Arsene Wenger dan Unai Emery.
Bila terus seperti ini, Arsenal akan terus saja menerima semua kegagalan. Dan itu jauh lebih buruk tinimbang bingung bagaimana caranya untuk menang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!