Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Health Promoter

Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemuan dengan Si Tua yang Bijak

30 Juni 2019   17:55 Diperbarui: 30 Juni 2019   18:34 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: smithsonianmag.com

"Bagaimana denganmu? Apakah dulu kau juga hebat?" Aku lalupenasaran pada si tua yang sedari tadi hanya tersenyum.

"Yah. Aku memiliki sebuah carita untukmu. Dahulu, ada sebuahpohon yang sangat besar. Banyak buah yang dia hasilkan. Bahkan pemiliknyamenjadi sangat kaya karena hasil panen darinya. Selain itu, dia juga selalumenjadi tempat perteduhan favorit bagi banyak orang." Ucap si tua ini menceritakantentang sebuah pohon.

"Apa yang terjadi dengan pohon itu?" tanyaku padanya lagi.

"Ia lalu menjadi tua. Masa kehebatannya berakhir dan sudahtidak bisa berbuah lagi. Akhirnya ia ditebang dan dijual. Orang-orang lalumembelinya dan menjadikannya sebagai kayu untuk api unggun."

Aku lalu kaget, si tua ini memang sedang menceritakan masalalunya. Ternyata, dulu si kayu tua yang sedang bersamaku sekarang adalah pohonyang luar biasa.

 "Apakah kau tidakmenyesal menjalani masa tua seperti ini? Tidak kulihat raut kekecewaan darimusama sekali." Aku lanjut bertanya pada si kayu tua yang selalu tersenyum ini.

"Jelas tidak nak. Bahkan di masa akhir hidupku, aku tetapbermanfaat untuk menghangatkan orang-orang." Jawab si kayu tua bijak ini.

"Lalu, apa itu arti hidup yang bermanfaat bagimu? Bukankah dulu,hidupmu lebih bermanfaat?" Aku semakin senang mendengar setiap perkataannya.

"Bagiku, sekarangpun hidupku masih bermanfaat. Karena hidupyang bermanfaat bukanlah tentang sebagai apa posisi kita. Akan tetapi, dalamposisi maupun keadaan apapun, kita tetap bisa berguna bagi orang lain." Jawabnyadengan yakin.

Aku lalu menjadi sangat malu. Seperti kedua kakak beradikyang sedang bertangkar ini, aku juga sangat sombong. Bahkan aku bangga ketikabisa menghanguskan satu kawasan kota dengan panas diriku yang membara.

Aku tak pernah puas jika hanya digunakan untuk membakarlilin kecil. Aku sangat ingin melahap semua yang berada di depanku. Apakah akuberguna?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun