Saat sedang menatap ke arah jalan raya yang sudah lengang, Karlo cukup tertarik dengan sebuah tulisan pada papan promosi di pinggir jalan. Papan promosi tersebut berisi informasi tentang acara sosial yang akan dilaksanakan beberapa waktu ke depan. Yang membuat papan tersebut cukup menarik perhatiannya adalah sebuah kalimat yang tertulis, "Apapun yang kamu inginkan orang lain perbuat padamu, perbuatlah juga demikian pada orang lain."
Tulisan pada papan promosi tersebut seolah "menampar" Karlo. Kalimat yang barusan ia baca membuatnya kembali mengingat kejadian beberapa hari lalu yang sepertinya telah ia lupakan.
***
Waktu menunjukan pukul 12.00 siang. Suasana sangat panas dengan terik matahari yang menyengat. Karlo ingin secepatnya pulang. Rasa panas dan lapar membuatnya makin mempercepat motor untuk sampai ke rumah dan beristirahat.
Saat berada dalam perjalanan, ia melihat seorang Bapak-bapak yang sedang mendorong motornya. Bapak tersebut tampak sudah sangat lelah, belum lagi nampaknya letak Bengkel masih sangat jauh di depan. Hati Karlo seakan terbeban untuk membantu Bapak tersebut. Akan tetapi rasa lapar dan panas membuatnya mengurungkan niatnya tersebut.
Sesampainya di rumah, hati Karlo masih memikirkan orang yang tadi dilihatnya. "Kira-kira Bapak itu sudah sampai ke Bengkel atau belum yah? Ah sudahlah. Paling juga ada orang lain yang akan menolongnya." Kata Karlo sambil menyantap makanan yang ada di hadapannya.
***
"Apapun yang kamu inginkan orang lain perbuat padamu, perbuatlah juga demikian pada orang lain." Kalimat tersebut memang telah sering ia dengarkan dan baca. Bahkan hal ini sudah diajarkan oleh orang tuanya semenjak ia kecil. Namun, nampaknya Karlo hampir melupakan kalimat tersebut.
Tuhan sepertinya membiarkan ia mengalami kejadian yang hampir sama persis seperti yang dialami Bapak yang tidak ia bantu beberapa hari lalu, untuk membuatnya merasakan arti dari kepedulian dan tindakan baik terhadap sesama. Bedanya adalah Bapak tersebut mungkin saja merasakan kepanasan, akan tetapi Karlo merasakan kedinginan, kelaparan, kelelahan, rasa kantuk dan rasa kesal yang bercampur menjadi satu.
Rasa penyesalan lalu muncul. Hati yang tadinya merasa kecut dan marah terhadap kondisi yang dialami lansung berganti dengan rasa syukur. Rasa syukur? Yah, rasa syukur karena dalam keadaan buruk seperti ini, Karlo mendapatkan pelajaran yang sangat penting tentang kepedulian terhadap sesama.
Karlo lalu kembali berdiri dan melanjutkan perjalanannya dengan mendorong motornya. Kali ini wajahnya sudah bisa tersenyum, walaupun ia memang sudah sangat lelah dan mengantuk. Belum lagi waktu telah menunjukan pukul 01.00 malam.