Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mabuk Politik dan Polarisasi Masyarakat

5 Februari 2019   05:44 Diperbarui: 8 Februari 2019   10:08 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Lombok Post.

Dalam situasi yang polaristik dan terbelah, biasanya kita terjebak dalam situasi dilematis ibarat situasi simalakama. Semua pihak akan cenderung berpikir seperti ini pihak sebelah menyerang, masak saya diam saja. Ini namanya logika menghantam atau dihantam. Tidak kemungkinan diam. Semua pihak yang terjebak dalam situasi polaristik akan cenderung berpikir dalam logika dihantam atau menghantam tersebut.

Hantaman yang satu dibalas oleh hantaman yang lain. Mesin demokrasi akhirnya diisi oleh lingkaran setan hantam menghantam ini. Keluaran sikap politiknya hanya hantam menghantan dalam lini masa. Kita sering ketakutan bahwa konflik di Timur tengah akan terjadi di negeri kita, yakni konflik antara Sunni dengan Syiah yang seperti lingkaran tong setan. Kita tidak sadar dan sering telah menyadari bahwa dalam skala yang berbeda, konflik semacam itu sudah ada di sekeliling kita saat ini. Akan tetapi kita tidak melihatnya dalam skala yang berbeda, konflik seperti di Timur tengah tersebut sudah kita alami sekarang di Indoensia sekarang ini, yakni ketegangan sosial karena masing-masing pihak terjebak dalam polarisasi yang membelah. 

Masing-masing pihak berpikir dalam logika tadi itu menghantam atau dihantam. Dalam pemerintahan Jokowi , kita bisa melihat di luar infrastruktur memang lemah. Tidak ada pemerintahan yang sempurna, selalu akan nampak kekurangan dan kelebihan. Biasanaya bagian yang menjadi kelebihan akan diamplikasikan oleh para pendukung dan bagian kekurangan akan dieksploitisir oleh pihak oposisi, seimbanglah kondisi tersebut. 

Ada beberapa pihak yang jengkel dengan gerakan golongan putih sekarang ini. Saya percaya akan berubah sikapnya apabila ia kebetulan tidak mendukung pemerintahan yang sedang berkuasa, karena sikap kita didikte oleh posisi politik kita sendiri. 

Pihak yang mendukung pemerintahan akan cenderung jengah dengan golput ini, dan pihak oposisi akan menyambut gembira gerakan ini, itu adalah semacam kausalitas yang bisa kita di berbagai negara. 

Jika kita melihat gerakan golput di Orde Baru akan menemukan angin segar, bagaimana tidak. Semua lapisan masyarakat sipil hampir dipastikan menyetujui dan mengamini gerakan ini. Akan tetapi menjadi di golput sekarang ini kian miris, penentangnya bukan saja dari pemerintah itu sendiri, namun juga dari masyarakat sipil sendiri. Dalam masa pemerintahan yang otoriter kebebasan kita akan terenggut, namun dalam sistem demokrasi juga tidak menjamin keadaan yang baik. 

Sistem demokrasi tentu memiliki kekurangan, yaitu menajamnya polarisasi masyarakat sipil. Pemerintahan yang otoriter memiliki garis pembatas yang nyata antara negara dan masyarakat sipil, semua elemen masyarakat menyepakati siapa yang akan menjadi lawan dari gerakannya. 

Dalam sistem demokrasi, pembeda antara lawan dan kawan memisahkan secara horisontal dalam masyarakat sipil. Tidak ada jalan keluar dari jebakan polarisasi ini kecuali ada kekuatan yang mau mengambil jalan tak populer yaitu menyingkir dari polarisasi, dan bertahan dengan akal yang waras. Sebab polarisasi adalah sejenis situasi mabuk politik. 

Kita tidak perlu menyalahkan sepenuhnya pihak yang masuk dalam pusaran polarisasi. Sebab sebagian dari alasan politik yang dikemukaman oleh masing pihak ada benarnya juga. Namun tidak bijak juga jika kita semua masuk dalam pusaran ini. 

Dalam pusaran polarisasi ini, masing-masing pihak menuduh membuat berita bohong, sedangkan pihak yang lain berbicara menyangkalnya, saat ini ada pada kedua kubu yang berseteru. Sudah begitu banyak bersliweran contohnya di medsos saat ini. Kita pasti sudah banyak melihatnya di lini masa kita masing-masing. 

Hal yang terpenting buat kita sekarang ini adalah membangun kesadaran pada diri masing-masing untuk keluar dari pusaran polarisasi saat ini walau sedikit saja. Agar kita tidak terjebak dalam situasi mabuk politik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun