Kenangkanlah aku ke dalam tungku jiwamu yang hangat itu, agar nasibku tidak seburuk rupaku. Engkau yang jelita bagai pelangi di kidung senja, asahan alam batu permata nan sempurna.
Sudah takdir mungkin dirimu hanya sekedar tuk di puja, bukan untuk ku miliki selamanya. Biarlah aku yang belum mahir memuisikan kata-kata melepasmu dalam genggaman tangan yang berat di dera cinta.
Dirinya telah kau pilih untuk lebih setia, jalan bagimu untuk hidup yang penuh sentausa. Biarlah aku memupuk rindu yang tak pernah mekar dan sejumput kenang bersamamu tak akan pula aku bakar.
Maka biarlah waktu perlahan mengurai derap rinai hujan yang membasahi jalan di taman. Ketika saat itu pertama kali jumpa dirimu dan berkenalan. Nyatanya kita memang sudah tercipta untuk sejenak belajar mencinta.
Daun-daun terus tumbuh dan berguguran, datang dan pergi adalah rahmat peristiwa kehidupan, lalu apa lagi yang harus di sesalkan, pintaku hanya satu kenanglah aku di dalam tungku jiwamu yang hangat itu.
Handy Pranowo
16june18