Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perahu dan Parang

27 Juli 2017   04:55 Diperbarui: 27 Juli 2017   05:22 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada awalnya perahu perkasa menyetubuhi
Sungai aduhai berbagi gairah penuh berahi
Menjaring nikmat di arus hasrat

Sungai mengandung melahirkan perahu dermaga
Di tepian molek tubuhnya

Persetubuhan perahu sungai terjadi
Bertahun-tahun berabad-abad
Perahu dermaga lahir sepanjang waktu
Sepanjang arus hasrat membelai kulit daratan

Sampai pada suatu waktu
Sungai melahirkan parang

Sungai melahirkan parang!
Sungai melahirkan parang!
Geger dan gemetar dermaga-dermaga
Bergunjing tentang sungai melahirkan parang

Maka setiap waktu perahu dan sungai dicecar
Tanya dermaga-dermaga tiba di hulu
Bagaimana bisa sungai melahirkan parang
Bagaimana bisa perahu tetap setia pada sungai
Mungkin perahu telah masuk perangkap sihir sungai
Mungkin cinta perahu adalah cinta buta

Pada awalnya perahu bercinta dengan sungai
Selanjutnya parang lahir di antara anak-anak perahu
Selanjutnya lahirlah gunjing dan pertanyaan serupa

Sampai di hilir bertumpuklah cinta, tanya, gunjing
Bertimbun menjadi bukit-bukit dicumbu angin
Membukit menggunung mencumbu awan

Membuncit legam awan-awan
Lahirlah paku-paku merajam perahu sungai
Dermaga daratan

Paku-paku bersekutu membuat kelompok-kelompok
Menjadi parang-parang

Maka berjumpalah parang sungai dan parang gunung
Terjadilah geger dan gemetar dari hulu hingga hilir
Gunjing dan tanya pun menjinjing parang-parang

Pada akhirnya adalah persetubuhan parang-parang
Berkembang biaklah gunjing geger gemetar penuh gempita

*******
Panggung Renung Balikpapan, 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun